Mina Lovers, apakah Anda pernah melihat atau mendengan Berita berjudul “Lebih Sedikit, Jumlah Sperma Orang Modern” yang dimuat di Kompas (24 Februari 1996), amat menarik dibahas lebih lanjut.
Pada dasarnya, sebenarnya bukan jumlah sperma yang menjadi masalah tetapi kualitasnya. Meskipun banyak jumlah spermanya, bila kualitasnya rendah tetap sulit untuk membuahi sel telur. Bahkan pada mereka yang bersperma kualitas rendah, sering dianjurkan tidak menghasilkan pembuahan, karena dapat berakibat tidak baik. Cacat bawaan pada bayi yang lahir kemudian, misalnya.
Tetapi, bagi yang divonis bersperma dengan kualitas rendah, ada kabar menggembirakan. Kualitas sperma tersebut bisa diperbaiki dengan cara mudah yaitu dengan mengkonsumsi vitamin C.
Dosis vitamin C yang memadai, ternyata diperlukan dalam proses pembentukan sel – sel sperma. Hal itu sudah pernah dilaporkan dalam Jurnal Fertility and Sterility edisi November 1992, berdasarkan hasil penelitian Dawson et al dari The University of Texas Medical Branch di Galveston.
Penelitian ditakukan terhadap 75 orang sukarelawan laki – laki berusia 20 – 35 tahun dan paling sedikit merokok satu bungkus sehari.
Alasan kenapa para perokok berat yang dijadikan sampel, adalah berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa asap rokok dan kandungan nikotin di dalamnya ternyata menurunkan kadar vitamin C dalam serum darah dan hal itu mengganggu produksi sperma.
Akibatnya jumlah sel sperma, daya gerak (motilitas) dan daya hidup (viabilitas)nya menjadi berkurang, bahkan meningkat jumlah sel sperma yang abnormal.
Dikhawatirkan apabita sel – sel sperma yang abnormal tersebut membuahi sel tetur istrinya dan terjadi konsepsi, maka bayi yang lahir kemudian kemungkinan besar akan cacat dan menanggung penderitaan seumur hidupnya.
Secara acak sampel tersebut dikelompokkan. Satu ketompok mengkonsumsi plasebo vitamin C dan dua kelompok lainnya mengkonsumsi masing – masing 200 mg dan 1000 mg vitamin C per hari, selama empat minggu.
Setiap minggu darah dan sperma mereka diambil untuk dianalisis. Dari darah, yang dianalisis adalah kadar vitamin C dalam serum. Sedangkan dari sperma yang dianalisis adalah kualitas sperma berdasarkan jumlah, motilitas, viabilitas, penggumpalan (agglutination), viabilitas selama 24 jam, dan bentuk yang abnormal (abnormal morphology) dari sel – selnya.
Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa pada kelompok plasebo, kadar vitamin C dalam serum darahnya tidak berubah dan tidak menunjukkan perbaikan kualitas sperma mereka.
Sedangkan dari kelompok yang mengkonsumsi vitamin C menunjukkan hasil yang positif. Kadar vitamin C dalam serum dan kualitas sperma mereka terus membaik setiap minggu. Semakin tinggi dosis vitamin C yang dikonsumsi (1000 mg/hari) semakin lebih baik lagi kualitas sel sperma mereka.
Dari hasil uji statistik, terbukti secara signifikan bahwa ada hubungan yang positif antara kadar vitamin C dalam serum dengan membaiknya kualitas sperma sampel penelitian. Hasil uji statistik tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.
Konsumsi vitamin C untuk orang yang sehat harus disesuaikan dengan anjuran yaitu sekitar 60 – 120 mg per hari. Meskipun kelebihan vitamin C dalam tubuh akan dibuang melalui urine, vitamin C dalam dosis tinggi diperlukan dalam keadaan darurat. Misalnya pada saat sakit atau dalam proses penyembuhan, termasuk untuk memperbaiki kualitas sperma.
Dalam keadaan sehat, konsumsi vitamin C dosis tinggi justru akan memacu kerja ginjal dan bisa berakibat negatif padanya.
Dianjurkan pula kebutuhan tubuh akan vitamin C sebaiknya dipenuhi dari makanan yang kita konsumsi, terutama dari buah – buahan. Sebab dari buah – buahan tersebut tidak hanya vitamin C yang akan diserap tubuh, tetapi juga zat gizi lainnya.
Pustaka
Brain Management for Self Improvement, Oleh Prof. Dr. Santoso, M.Sc, Mizan.
0 komentar:
Posting Komentar