Saat ini penyakit jantung adalah pembunuh nomor satu bagi wanita pasca menopause. Penyakit jantung membunuh lebih banyak wanita dari pada kanker paru – paru atau kanker payudara.
Setiap tahun, setengah jumlah warga Amerika yang meninggal akibat serangan jantung adalah wanita. Penyakit jantung juga bukan hanya mengacu pada serangan jantung, melainkan juga stroke, dan berbagai masalah akibat sirkulasi darah yang buruk.
Secara klinis, ini disebut peripheral vascular disease, atau “penyakit peredaran darah”. Salah satu alasan angka kematian akibat serangan jantung pada wanita sangat tinggi adalah kurangnya pengetahuan medis. Hampir semua penelitian tentang penyakit jantung tidak melibatkan wanita, sehingga muncul mitos jumlah pria yang meninggal akibat penyakit jantung lebih banyak dari wanita.
Kenyataannya, kebanyakan pria yang meninggal karena serangan jantung usianya di bawah 50 tahun, sementara kebanyakan wanita yang meninggal karena serangan jantung berusia di atas 50 tahun. Hal ini juga merupakan akibat langsung dari hilangnya estrogen.
Wanita yang sebelum menopause alami telah menjalani pengangkatan ovarium akan mengalami peningkatan risiko serangan jantung hingga delapan kali lipat. Dengan makin banyaknya wanita yang bekerja di luar rumah, sejumlah pakar menganggap stres sebagai faktor yang memiliki andil besar terhadap peningkatan angka serangan jantung pada wanita.
Selain itu, wanita memiliki gejala – gejala penyakit jantung yang berbeda dengan pria. Jadi, tanda – tanda peringatan “khas” yang kita kenal pada para pria yaitu angina atau sakit di bagian dada sering kali tidak rnuncul pada wanita. Bahkan, sakit dada pada wanita hampir tidak pernah ada kaitannya dengan penyakit jantung.
Ketika gejala penyakit jantung pada pria tidak ditemukan, banyak wanita diizinkan pulang hanya untuk meninggal setelah diberitahu bahwa serangan jantung mereka hanyalah “stres”.
Pustaka
Pedoman Untuk Wanita : Revolusi Terapi Hormon, Oleh . Sara Rosenthal, Ph. D, EGC.
0 komentar:
Posting Komentar