Ada dua jenis osteoporosis.
• Osteoporosis primer, ada 2 tipe, yaitu osteoporosis karena usia lanjut, biasanya pada usia di atas 70 tahun dan osteoporosis pasca menopause, yang mulai terjadi pada wanita yang berusia sekitar 50 tahun.
• Osteoporosis sekunder, biasanya terjadi akibat pemakaian obat – obatan jangka panjang, mengidap penyakit diabetes (kencing manis), penyakit gondok, rematik, dan penyakit menahun lainnya.
Lansia yang mengalami osteoporosis umumnya tidak menunjukkan gejala apa – apa. Mereka juga tidak mengeluh. Biasanya mereka baru menyadarinya setelah terjadi retak atau patah tulang akibat terpeleset, tersandung, keseleo, atau hanya akibat benturan ringan.
Dengan adanya cara – cara pemeriksaan yang mudah dan cukup canggih, pengukuran tingkat kepadatan tulang pada usia lanjut perlu dilakukan sebelum terjadi patah tulang. Terutama pada orang yang berisiko, misalnya :
• Wanita pasca menopause
• Memiliki riwayat keluarga osteoporosis
• Bertubuh kurus dan kecil
• Peminum
• Perokok
• Kurang olahraga atau latihan fisik
• Mengkonsumsi makanan dengan kadar kalsium rendah
• Kurang vitamin D
• Sering menelan obat – obatan seperti kortikosteroid
• Pernah mengalami operasi pengangkatan kedua indung telur
• Penderita penyakit menahun lainnya.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa puncak massa tulang tercapai pada usia tiga puluhan. Setelah usia tiga puluhan, massa tulang dapat dipertahankan dengan banyak melakukan aktivitas fisik dan menu makanan yang mengandung kalsium. Massa tulang akan berangsur – angsur berkurang secara bertahap bersamaan dengan bertambahnya usia.
Dalam keadaan normal, tulang senantiasa ada dalam keadaan seimbang antara proses pembentukan dan penghancuran. Fungsi penghancuran yang dilakukan oleh osteoklas dan fungsi pembentukan yang dilaksanakan oleh osteoblas senantiasa berpasangan dengan serasi.
Nutrisi yang penting untuk pembentukan tulang adalah kalsium dan vitamin D. Estrogen turut merangsang aktivitas osteoblas dan merupakan salah satu faktor penting dalam mencegah hilangnya kalsium tulang. Menurunnya kadar estrogen pada masa pasca menopause berdampak pada percepatan hilangnya jaringan tulang.
Oleh karena itu, jika memang diperlukan, terapi sulih hormon dapat membantu mencegah berlanjutnya osteoporosis. Di samping itu harus tetap melakukan olahraga dan latihan fisik yang teratur disertai asupan kalsium yang cukup.
Tinggi badan dapat berkurang karena tulang punggung yang memendek akibat osteoporosis serta hilangnya cairan pada lempeng antar ruas tulang belakang, sehingga punggung menjadi agak bongkok.
Penting sekali untuk mencegah terjadinya osteoporosis sedini mungkin, karena jika sudah terjadi osteoporosis akan lebih sulit untuk mengobati dan mencegah berlanjutnya proses ini.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh sebab itu, penting untuk memperbaiki gaya hidup. Kita harus membiasakan diri dengan pola makan yang baik agar massa tulang terjaga dengan baik. Olahraga dan latihan fisik yang teratur diperlukan agar tulang tidak mudah rapuh, juga harus menghindari faktor pemicunya, antara lain minuman keras atau beralkohol, kopi, dan rokok.
Bagaimana pengobatan osteoporosis? Sebagian besar obat – obatan untuk osteoporosis berfungsi untuk mengurangi berlanjutnya proses pengurangan kepadatan tulang. Tidak satu pun terapi obat – obatan yang dapat memulihkan massa tulang seperti sediakala.
Wanita pascamenopause yang mengalami kehilangan massa tulang dengan kecepatan tinggi, dianjurkan untuk mendapatkan terapi sulih hormon, latihan fisik atau olahraga, dan tambahan kalsium.
Kecepatan hilangnya kepadatan tulang dapat diperlambat dengan obat golongan bifosfonat, misalnya alendronate dan risedronate, kalsitonin, testosteron, raloxifen, dan obatobatan lain.
Pustaka
Memahami Krisi Lanjut usia, Oleh Hanna Santoso danAndar ismail, BPK.
0 komentar:
Posting Komentar