Produksi sperma secara global diyakini turun 50 persen sehingga membuat para pria khawatir susah menghamili pasangannya. Namun kini dipastikan data tersebut tidak valid, karena jumlah sperma tak banyak berubah dalam 15 tahun terakhir.
Kekhawatiran bahwa pria masa kini akan semakin sulit menghamili pasangannya dipicu oleh hasil riset ilmuwan Denmark, Dolores Lamb pada tahun 1992. Pengamatan antara tahun 1938-1991 menunjukkan jumlah sperma yang diproduksi pria terus berkurang hingga 50 persen.
Penelitian yang difasilitasi oleh Baylor College of Medicine tersebut mengungkap, konsumsi obat-obatan dan tingginya tingkat pencemaran turut memicu berkurangnya produksi sperma. Sebaliknya, gangguan reproduksi pria makin meningkat salah satunya kanker testis.
Meski sangat menghebohkan dan telah dikutip di lebih dari 1.000 jurnal reproduksi, kritik dan keragu-raguan juga berdatangan dari sesama pakar reproduksi. Dr Niels Erik Skakkebaek yang juga dari Denmark misalnya, menilai metode dalam penelitian ini kurang valid.
Bersama timnya di University of Copenhagen, Dr Skakkebaek melakukan penelitian serupa dengan metode yang telah diperbaharui. Jumlah sampelnya lebih banyak, sekitar 5.000 orang pria dan diamati dalam jangka waktu cukup lama yakni antara tahun 1996-2010.
Hasil pengamatan selama 15 tahun menunjukkan, jumlah sperma rata-rata yang dihasilkan seorang pria tidak banyak berubah yakni antara 40-45 juta/mL. Dikutip dari NYTimes, Selasa (8/6/2011), rekor paling rendah dicetak tahun 2006 yakni 35 juta/mL sedangkan paling banyak tahun 2007 yakni 50 juta/mL.
Laporan penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Epidemology terbaru yang terbit di Amerika Serikat. Laporan tersebut tidak ditulis sendiri oleh Dr Skakkebaek selaku penggagasnya, melainkan oleh pemerintah Denmark setelah datanya dibocorkan oleh peneliti yang lain yakni Dr Jens Peter Bonde.
0 komentar:
Posting Komentar