Berpikir agar lebih disukai oleh orang lain, itulah manusia
Apakah Anda berpikir untuk bisa lebih disukai oleh orang lain?
Kalau seandainya kita memiliki sedikit perbedaan nuansa dengan kata disukai, boleh juga diganti dengan kata diterima atau kata yang lainnya. Ingin lebih lagi diterima oleh orang lain. Orang yang berpikir seperti ini dengan pasangan yang spesifik, mereka akan berpikir untuk lebih disukai, ingin lebih diterima.
Dalam keluarga dan juga kerabat, kita ingin menjadi seseorang yang lebih dicintai. Antara teman – teman sekolah maupun teman – teman di tempat kerja, kita ingin membawa suatu kebaikan bagi mereka. Di lingkungan tetangga, kita ingin agar perasaan kita bisa lebih ramah kepada mereka.
Kita ingin agar lebih banyak tamu yang berlangganan. Kemudian, kita ingin agar keberadaan diri kita di dunia ini, lebih diterima secara hangat dan lebih luas di lingkungan sekitar.
Cara menyukai orang lain pun ada perbedaannya, bergantung orangnya. Pada saat memiliki perasaan cinta pada seseorang, (tapi kasus di mana kita mengharapkan keuntungan.
Secara umum, orang yang bergolongan darah 0 itu, apabila mereka berpikir bahwa mereka disukai oleh beberapa orang tertentu dalam kelompoknya, mereka akan merasa lebih stabil.
Orang yang bergolongan darah A itu ingin dirinya disukai oleh seluruh orang di sekitarnya tanpa kecuali.
Orang bergolongan darah B itu memiliki kebiasaan, dimana mereka tidak akan secara aktif membuat orang menyukai diri mereka, namun apabila mereka tahu mereka tidak disukai, mereka akan jengkel.
Orang bergolongan darah AB itu secara individual sangat tegas terhadap perbedaan antara suka atau tidak suka sehingga mereka memiliki keinginan yang kuat untuk diterima oleh masyarakat sosial.
Hanya saja, bagaimanapun, seperti yang sudah dikutip di awal, hampir tidak ada satu orang pun yang tidak berpikir untuk bisa disukai orang lain. lni adalah hal yang alamiah. Manusia itu termasuk kategori yang memiliki sifat sangat ingin berkelompok. Manusia, apabila tidak berada bersama manusia yang lainnya, mereka tidak akan mendapatkan rasa kesempurnaan maupun kestabilan dalam hidup. Hal ini bermula dari gen yang ada di dalam tubuh kita.
Contohnya, beberapa puluh tahun yang lalu, seseorang memelihara seekor monyet. Monyet ini dipanggil dengan nama “Sarudani”. Monyet kecil yang berasal dari Amerika Selatan ini hidup berkelompok sekitar kurang lebih 500 ekor, tinggal di atas pohon. Kebiasaan berkelompok ini sudah pasti diturunkan dari gennya.
Kemudian, karena monyet ini dipelihara sendirian, anak perempuan itu harus benar – benar menjadi teman bagi monyet ini. Mulai dari rumah ke tempat kerja, ke restoran, waktu sedang bepergian, ke mana pun harus diajak jalan.
Ditinggal sendirian di dalam kandangnya, si monyet ini kesepian,
lama – lama tingkahnya jadi aneh, akhirnya mati. Monyet saja bisa jadi begini, manusia juga pasti demikian.
Di dalam kehidupan, mungkin ada juga 1 dari beberapa puluh ribu orang yang ingin dibenci oleh orang lain atau ingin memisahkan diri dari orang yang menyebalkan. Ataupun, mungkin ada juga 1 dari beberapa ribu orang yang berpikir bahwa mereka ini sudah disukai beberapa orang, kemudian karena pasti akan terus disukai orang lain, mereka merasa tidak perlu berpikir tentang hal ini.
Orang tersebut sedang menipu diri sendiri, atau mungkin mereka ini orang – orang yang sombong sekali. Sombong itu merupakan salah satu karakter yang dibenci oleh orang lain. Kasihan sekali orang seperti ini, tapi mereka ini hanya tidak sadar akan kelakuan mereka.
Ada juga sekitar 1 orang dari 100 orang yang mengubah sikap dengan membiarkan apa adanya juga, yang suka pada mereka akan tetap suka, kemudian pada orang yang menyebalkan, buat orang tersebut menjauh juga tidak apa – apa.
Hanya saja, dengan sikap egois seperti itu, orang yang menyerah dalam berupaya untuk bisa berhubungan dengan orang lain, cepat atau lambat akan menjadi orang yang memuakkan, dan pada akhirnya akan menjadi orang yang dibenci orang lain.
Sementara kita mengharapkan untuk disukai orang lain, namun pada kenyataannya ada banyak orang yang mengalami kesusahan karena segalanya tidak berjalan sesuai dengan apa yang dipikirkan.
Pustaka
Membaca Karakter Melalui Golongan darah, Oleh Toshitaka Nomi dan Holy Setyowati Sie, BBA, Elex Media Komputindo.
0 komentar:
Posting Komentar