This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 23 April 2011

MEDIA UNTUK Pseudomonas sp.

Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp dengan senyawa hidrokarbon.
Pseudomonas sp merupakan bakteri berbentuk batang, bersifat gram negatif, mempunyai flagel, tidak berkapsul. Membentuk pigmen biru yang meresap masuk dalam perbenihan terdiri dari zat : flouresens warna hijau yang larut dalam air dan pyocianin warna biru kehijauan larut dalam kloroform. Bakteri ini hanya menguraikan glukosa dan tumbuh pada semua jenis media.
Dalam jumlah kecil bakteri ini hidup sebagai flora normal tractus intestinalis manusia dan hewan, juga ditemukan pada kulit manusia sehat. Infeksi terjadi pada :
1. Bila bekteri masuk ke dalam tubuh yang daya tahannya menurun, misalnya : penyakit menahun.
2. Pseudomonas aeruginosa biasanya pathogen bila bersama-sama kuman lain, infeksi campuran dengan kuman lain (coccus pyogen) atau dengan salah satu kuman Enterobacteriaceae, misalnya : luka bakar.
Kuman ini menular melalui debu dan udara. Di rumah sakit Pseudomonas menjadi kontaminan misalnya : pada alat bedah akan menyebabkan infeksi dan hal ini sangat berbahaya sebab pasien dalam keadaan lemah.


Media yang digunakan untuk pertumbuhan kuman Pseudomonas sp
1. Selenit Enrichment Broth
Media ini digunakan sebagai media penyubur Pseudomonas sp.
Selenit menghambat pertumbuhan kuman coliform dan enterococcus selama 6-12 jam pertama inkubasi sedangkan Salmonella, Proteus, dan Pseudomonas tidak terhambat pertumbuhannya.
Komposisi :
Pepton 5 gram
Laktosa 4 gram
Na selenit 4 gram
Dikalium hygrogen fosfat 3,5 gram
Kalium dihydrogen fosfat 6,5 gram
Cara pembuatan :
Campur 23 g/liter (jika perlu pemanasan suhu tidak boleh melebihi 60° C), jika media akan disimpan untuk jangka waktu yang lama filter steril dan ditempatkan dalam wadah yang sesuai.
Jangan di autoclave, jika terdapat endapan merah pada selenit maka media tidak dapat digunakan lebih lanjut. pH 7,0

2. Pseudomonas Selective Agar Base (Cetrimide Agar)
Media ini digunakan sebagai media isolasi dan diferensial untuk Pseudomonas aeruginosa dari berbagai macam bahan.
Sebagian besar senyawa dalam media ini menghambat pertumbuhan mikroba flora yang menyertainya sehingga konsentrasi asli dari inhibitor (0,1%) dikurangi untuk meminimalkan gangguan pada pertumbuhan Pseudomonas. Produksi pigmen Pseudomonas aeruginosa tidak di hambat bila ditanam pada media ini.
Komposisi :
Pepton dari gelatin 20 gram
Magnesium klorida 1,4 gram
Kalium sulfat 10 gram
Cetrimide 0,3 gram
Agar-Agar 13,6 gram
Gliserol 10 ml
Cara pembuatan :
Campur 45,5 g/liter tambahkan 10 ml gliserol/liter, sterilkan di autoclave. Tuang ke dalam cawan petri steril.
Agar cetrimide merupakan jenis agar-agar yang digunakan untuk isolasi selektif bekteri gram negative, Pseudomonas aeruginosa. Seperti namanya media ini mengandung cetrimide, yang merupakan agen selektif terhadap flora mikroba elternatif. Cetrimide juga meningkatkan produksi pigmen Pseudomonas seperti pyocyanin dan fluorescens, yang menunjukkan warna biru-hijau dan kuning-hijau karakteristik masing-masing. Cetrimide agar-agar secara luas digunakan dalam pengujian kosmetik, farmasi dan spesimen klinis untuk menguji keberadaan Pseudomonas aeruginosa.

3. KING Agar B Base (Dansk Standard)
Media ini digunakan untuk mendeteksi fluorescens bakteri di air, khusus untuk Pseudomonas fluorescens dalam air minum.
Pergantian fosfat hidrogen di-kalium dengan fosfat kalium tri-3-hidrat mencegah penurunan pH setelahdi autoklaf dan penurunan yang dihasilkan dalam produksi fluorescein.
Komposisi :
Proteose pepton 20 gram
Magnesium sulfat 1,5 gram
Tri-potassium phosphate 3-hydrate 1,8 gram
Agar-agar 10 gram
Gliserol 10 gram
Cara pembuatan :
Campur 33,5 g/liter dengan 10 gram gliserol/liter, di autoclave. pH = 7,1 ± 0,1.

4. Pseudomonas Agar F Base dan Pseudomonas Agar P Base
Media ini digunakan untuk isolasi dan diferensiasi Pseudomonas berdasarkan pembentukan pyocyanin dan pyorubin atau fluorescein.
Pseudomonas Agar P Base merangsang pembentukan pyocianin dan mengurangi fluorescein, sedangkan Pseudomonas Agar F Base merangsang produksi fluorescein dan mengurangi pyocianin. Simultan menggunakan kedua media kultur memungkinkan cepat saat identifikasi prminilary dari spesies Pseudomonas, karena beberapa strain hanya dapat mensintesis pyocyanin, beberapa hanya dapat mensintesis fluorescein dan ada yang menghasilkan kedua pigmen.
Komposisi:
a. Pseudomonas Agar F Base
Pepton dari kasein 10 gram
Pepton dari daging 10 gram
Magnesium sulfat 1,5 gram
Di-kalium hydrogen sulfat 1,5 gram
Agar –agar 12 gram
Gliserol 10 ml
b. Pseudomonas Agar P Base
Pepton dari gelatin 20 gram
Magnesium klorida 1.4 gram
Kalium fosfat 10 gram
Agar –agar 12.6 gram
Gliserol 10 ml
Cara pembuatan :
Campur 10 ml gliserol/liter dengan 35 gram Pseudomonas Agar F Base/liter atau 44 gram Pseudomonas Agar P Base/liter. Sterilkan di autoclave, kemudian tuang dalam cawan petri steril.
Prosedur dan evaluasi :
Inokulasi permukaan media kultur yang diduga mengandung Pseudomonas sehingga koloni individu berkembang.
Inkubasi: 1 minggu pada suhu 37 ° C
Periksa pertumbuhan bakteri setelah 24,48,72 jam dan kemudian setelah 6 hari.
Hanya Pseudomonas aeruginosa dapat tumbuh pada Pseudomonas Agar P Base dengan koloni yang dikelilingi oleh zona biru hingga hijau karena pembentukan pyocianin atau zona merah hingga coklat gelap karena produksi pyorubin. Pigmen yang berwarna dapat diekstraksi dengan kloroform. Pseudomonas aeruginosa muncul pada Pseudomonas Agar F Base sebagai koloni dikelilingi oleh zona kuning hingga kehijauan-kuning yang dihasilkan dari produksi fluorescein. Jika pycyanin juga disintesis, warna hijau terang yang dihasilkan berfluoresensi dalam cahaya ultraviolet.

Media Pembiakan Vibrio cholerae

A. Pengertian Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
B. Syarat Media
a. Media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroba
b. Media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan pertumbuhannya
c. Media tidak mengandung zat penghambat kecuali yang sengaja ditambahkan pada media selektif atau one purpose media
d. Media harus steril
e. Temperatur/ suhu nya sesuai

C. Klasifikasi Media
1. Media berdasarkan konsistensi
a. Media padat
Media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi padat. Contohnya : Urea, KIA,Citrat,TSIA
b. Media setengah padat
Media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semisolid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Contohnya : SIM ,Carry and Blair
c. Media cair
Media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth),TSB (Trypticase Soy Broth)

2. Media berdasarkan susunan kimia
a. Media sintesis
Media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
b. Media semi sintesis
Media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa penyusunnya.
c. Media non sintesis Media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.
3. Media berdasarkan fungsi
a. Media selektif/penghambat
Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah TCBS,Thayer Martin,SS,BSA
b. Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah,serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar.




c. Media identifikasi
Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari bakteri lainnya yang sama-sama tumbuh dalam media perbenihan berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial,misalnya TSIA ,media uji biokimia.
d. Media penyubur
Media yang menguntungkan pertumbuhan mikroorganisme tertentu karena mengandung bahan-bahan tambahan ataupun bahan penghambat yang menekan tumbuhnya kompetitor. Jenis media ini juga bertujuan untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme yang diduga terlalu sedikit dalam bahan sampel, sehingga akan mudah untuk dihitung atau dianalisa lebih lanjut. Misalnya APW 1%,KPD,BHI

Vibrio cholerae
Divisi : Bacteriaceae
Klas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Morfologi
Bakteri ini bersifat gram negatif(-) , fakultatif anaerobik, bentuk sel batang dengan ukuran panjang antara 2-3 um, menghasilkan katalase dan oksidase ,dan bergerak dengan satu flagel pada ujung sel. Tidak memiliki kapsul dan tidak berspora.

Gambar 1. Vibrio cholerae dengan pengecatan gram
Sifat Biakan
Pada media TCBS Vibrio cholerae membentuk koloni yang konvek , halus dan bulat ,berwarna kuning. Bersifat aerobe dan tumbuh pada media sederhana(biasa). pH optimum 7.8-8.0 dan tumbuh subur pada pH 9.2, tetapi mati dengan cepat oleh asam. Oleh karena itu , biakan yang mengandung karbohidrat yang dapat diragikan dengan cepat menjadi steril. pH alkalis dimaksudkan agar kuman-kuman enterik yang lain tidak dapat tumbuh. Suhu optimum 37.5⁰C

Gambar 2. Koloni Vibrio cholerae pada media TCBS
Media Pembiakan
1.Media Transport
Fungsinya melindungi mikroorganisme supaya tetap hidup apabila pemeriksaan terpaksa ditunda. Digunakan untuk penerimaan terpaksa bakteriologi yang menggunakan swab. Contoh sampel: rectal swab, swab tenggorokan, pus (luka/ genitalia)


Media Carry and Blair

Gambar 3.Media Carry and blair

Komposisi :
Sodium thioglycollate 1.5gram
Dinatrium fosfat 1.1gram
Natrium klorida 5gram
Agar 5gram
Kalsium klorida (1%) 10ml
Aquades 990 ml

Cara pembuatan :
1. Larutkan 1.5gram Sodium thioglycollate,1.1gram dinatrium fosfat, 5gram natrium klorida dan 5 gram agar-agar dalam 990 ml aquades
2. Masukkan dalam erlenmeyer,tutup erlenmeyer dengan kapas
3. Masukkan dalam waterbath
4. Dinginkan sampai suhu ± 50⁰C dan tambahkan 10 ml larutan kalsium klorida 1%.
5. Ukur pH dengan kertas pH, sesuaikan pH 8.4.
6. Tuang dalam tabung reaksi sebanyak 7-10 ml
7. Sumbat mulut tabung dengan kapas
8. Sterilkan pada alat autoclave 121⁰C selama 15 menit.


2.Media penyubur
Media yang menguntungkan pertumbuhan mikroorganisme tertentu karena mengandung bahan-bahan tambahan ataupun bahan penghambat yang menekan tumbuhnya kompetitor. Jenis media ini juga bertujuan untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme yang diduga terlalu sedikit dalam bahan sampel, sehingga akan mudah untuk dihitung atau dianalisa
lebih lanjut.

Alkali Pepton Water 1%

Komposisisi :
Pepton 10 gram
Natrium klorida 10 gram
Aquadest 1000 ml


Cara Pembuatan :
1. Larutkan 10 gram NaCl dan 10 gram pepton dalam 1000 ml aquades.
2. Masukkan dalam erlenmeyer ,dan tutup dengan kapas
3. Masukkan dalam waterbath
4. Ukur pH (7.2-9.2)
5. Tuang dalam tabung reaksi ± 5 ml
6. Sumbat mulut tabung dengan kapas
7. Sterilkan pada autoclave 121⁰C selama 15 menit.


3.Media Selektif

Media selektif adalah media yang ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mengisolasi mikroba tertentu dan menghambat pertumbuhan mikroba lain.
Media selektif untuk kuman Vibrio cholerae adalah media TCBS (Thiosulfat Citrate Billsalt Sucrose)

TCBS (Thiosulfate Citrate Bilesalt Sucrose)

Komposisi:
Sucrose 20 gram
Dipeptone 10 gram
Sodium Citrate 10 gram
Sodium Thiosulfate 10 gram
Sodium Chloride 10 gram
Yeast Extract 5 gram
Oxbile (Oxgall) 5 gram
Sodium Cholate 3 gram
Ferric Citrate 1 gram
Bromothymol Blue 0.04 gram
Thymol Blue 0.04 gram
Agar 14 gram
Aquades 1000 ml

Cara Pembuatan :
1. Timbang bahan –bahan diatas masukkan dalam becker glass
2. Tambahkan aquades yang telah diukur
3. Masukkan dalam erlenmeyer ,dan tutup dengan kapas.
4. Masukkan dalam waterbath
5. Ukur pH dengan kertas pH,sesuaikan dengan pH media (8.8±0.1)
6. Sterilkan di waterbath 100⁰C selama 1 jam
7. Tuang secara aseptis ke petri steril


Catatan : . Untuk media TCBS tidak disterilisasikan dalam autoklaf karena kandungan komposisi “bili salt” dalam agar tersebut akan menguap.

LOWENSTEIN JENSEN ATAU KUDOH



Lowenstein Jensen adalah media yang digunakan untuk isolasi dan budidaya micobakterium dan sebagai basis untuk selektif, diferensial dan media diperkaya untuk Micobacterium tuberculosis

Sebelum kita mengetahui mengenai media Lowenstein Jensen, terlebih dahulu kita juga harus tahu mengenai bakteri Micobacterium tuberculosis :
M.tuberculosis adalah kelompok bakteri di dalam famili Micobacteriaceae dan ordo Actinomycetales dan genus Micobacterium. Bakteri ini penyebab penyakit tuberculosis, bersifat tahan asam dan sukar diwarnai. Berbentuk batang lurus dengan panjang 1-4um dan lebar antara 0,2-0,5um. Pewarnaan yang berguna untuk melihat morfologi bakteri ini adalah pewarnaan tahan asam, misalnya pewarnaan Zeihl Neelsen ataupun Kinyon Gabbet


Prinsip media Lowenstein Jensen
Lowenstein-Jensen menggunakan malasit green untuk menghambat bakteri lain kemudian memodifikasi dengan citrate dan phosphate. Komposisi dari asam fatty dan protein esensial untuk metabolisme bakteri. Glyserol bersumber dari carbon dan energi yang dibutuhkan untuk type human tubercle bacillus dari pada bovine type. Asparagin dan RNA ditumbuhkan untuk menyediakan sumber nitrogen dan stimulant pertumbuhan coagulasi dari albumin telur selama proses. Inspirasi menyediakan medium solid untuk inokulasi cultur specimen dari mikroba selalu berisi campuran contaminasi mikroorganisme sehingga mengharuskan menggunakan antibiotic selektif di dalam media untuk isolasi.
Asam nalidixic menghambat bakteri gram(-). Lincomycin menghambat gram (+). Cycloheximide menekan jamur saprofit.


Koloni yang tumbuh pada media Lowenstein Jensen
Bakteri tahan asam yang saprofit dapat tumbuh dengan baik bila ditanam pada medium yang sederhana pada suhu kamar. Sebaliknya, bakteri tahan asam yang patogen tidak dapat tumbuh pada media yang sederhana, tetapi hanya dapat tumbuh secara lambat pada media yang mengandung inspissated serum, telur, dan tepung kentang. Bakteri M.tubberculosis tumbuh baik pada pH optimal 6,8.
Koloni M.tuberculosis berwarna krem, permukaannya tidak rata atau berdungkul dungkul seperti bunga kubis kering. Koloni mikrobacteria yang patogen akan berbau seperti aroma buah. Pemberian gliserol juga bisa merangsang pertumbuhan M.tuberculosis


Komposisi media Lowenstein Jansen
Dalam 600 ml air mengandung :
1. Lowenstein jensen medium
 Asparagine 3,60 g
 Monopotasium phosphate 2,50 g
 Magnesium citrate 0,50 g
 Magnesium sulfate 0,24 g
 Potato flour 30,00 g
 Malasit green 0,40 g
 Egg(fresh,whole) 1000,00 ml
 Glyserol 12,00 g

2. Lowenstein jensen dengan 5% sodium cloride
Sama dengan prosedur no 1 hanya ditambah dengan 80,0 g sodium chloride

3. Lowenstein jensen dengan micobacterium selective
Sama dengan prosedur no 1 hanya ditambah dengan Cycloheximide 0,64g, Lincomicin 3,2mg, dan asam nalidixic 56,0 mg

4. Lowenstein jensen Gruft modification
Sama dengan prosedur no 1 hanya ditambah dengan 56,0 mg asam nalidixic dan 80 mg RNA





Cara pembuatan
1.Campur 37,4 g bubuk dalam 600 ml air murni berisi 12 mL gliserol.
Jangan menambahkan gliserol jika Tuberkulum basil tipe bovine atau organisme glycerophobic lainnya untuk dibudidayakan. Aduk rata.
2.Panaskan dengan sampai media mendidih.
3.Autoclave pada 121°C selama 15menit. dinginkan kira-kira suhu 50 ° C.
4.Sementara itu, siapkan 1.000 ml seluruh telur dikumpulkan aseptik dan dicampur secara merata, tanpa ada gelembung udara.
5.Mempercampurkan media dasar dan telur perlahan sampai campuran merata dan tanpa gelembung udara.
6.Masukkan dalam wadah steril yang sesuai tutup tabung.
7.Atur tabung dalam posisi miring, biarkan mengental dan mengental pada 85 ° C selama 45 menit.
8.Uji sampel produk jadi untuk kinerja dengan menggunakan stabil dan cultur kontrol.



Penyimpanan :
Setelah menerima simpan pada suhu 2-8⁰C pada tempat gelap. Media tidak boleh digunakan jika ada kontaminasi, keburukan (menyusut, pecah, atau perubahan warna) dan sudah kadaluarsa.
Biakan M.tuberculosis yang disimpan pada suhu 37⁰C tetap hidup tanpa kehilangan virulensinya selama 12 tahun, tapi bila terkena matahari secara langsung perbenihan dalam meia akan mati dalam waktu 2-3 jam.


Perbedaan LOWENSTEIN JENSEN dengan KUDOH
1. Medium LOWENSTEIN-JENSEN Mengandung telur, gliserol,garam mineral, hijau malachite,biasanya dicampurkan Penicillin untuk membunuh kuman penyerta.
2. Medium KUDOH Mirip diatas tetapi tidak mengandung Asparagin Lebih baik, murah, kemungkinan untuk memperoleh biakan positive lebih besar.


Media lain yang dapat digunakan untuk isolasi M.tuberculosis
 Media Petragnani (media ini mengandung tepung kentang, gliseryn dan telur)
 Media Middlebrook
 Media Sula
 Media Tharsis

Anus


Diagram rektum dan anus
Dalam anatomi, anus, dubur, atau lubang bokong (Latin: ānus) adalah sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
Anus sering dia Struktur
Anus manusia terletak di bagian tengah bokong, bagian posterior dari peritoneum. Terdapat dua otot sphinkter anal (di sebelah dalam dan luar). Otot ini membantu menahan feses saat defekasi. Salah satu dari otot sphinkter merupakan otot polos yang bekerja tanpa perintah, sedangkan lainnya merupakan otot rangka.
Peran pada defekasi
Ketika rektum penuh akan terjadi peningkatan tekanan di dalamnya dan memaksa dinding dari saluran anus. Paksaan ini menyebabkan feses masuk ke saluran anus. Pengeluaran feses diatur oleh otot sphinkter.
Untuk mencegah penyakit pada anus dan dalam rangka hidup sehat, manusia selalu membersihkan anus setelah defekasi. Biasanya anus dibersihkan dengan membilasnya dengan air atau kertas tisu toilet.
Peran pada seksualitas
Anus memiliki banyak badan akhir saraf dan merupakan daerah yang peka. Teori Sigmund Freud mengenai perkembangan psikoseksual, menyebutkan tingkat anal sebagai salah satu tingkatan perkembangan. Freud menyebutkan hipotesisnya bahwa anak balita dapat merasakan kenikmatan seksual saat membuang feses.
Seks anal dapat saja memberikan rangsangan bagi pasangan yang saling berhubungan (mengingat banyak badan akhir saraf di anus). Bagi wanita, kenikmatan seks anal diperkirakan berasal dari hubungan rektum dan vagina yang dekat secara anatomis. Bagi pria, daya cengkeram dari anus disebutkan sebagai salah satu faktor kenikmatan seks anal.
Beberapa hewan juga melakukan seks anal.
Seks anal, kadang-kadang disebut sodomi, adalah aktivitas seksual yang ditabukan oleh sebagian masyarakat. Di Indonesia, perlakuan sodomi merupakan perbuatan kriminal dan dikenai sanksi hukum.
Pubertas
Selama masa pubertas, hormon testosteron memberikan dampaknya pada beberapa bagian tubuh pria (sekitar 13-14 tahun), seperti tumbuhnya rambut pubis di sekitar anus. rambut pubis akan tumbuh mengelilingi anus pada remaja berusia 18 tahun.
Kesehatan
Kebersihan adalah faktor yang penting untuk kesehatan di sekitar anus. Membasuhnya dengan sabun dan air akan membuat anus tetap dalam keadaan bersih. Sabun yang keras atau membersihkan dengan kertas tisu toilet yang kasar dapat membuat iritasi kulit di sekitar atus dan dapat membuat rasa gatal.
Penetrasi anus dengan penis atau benda lainnya dapat membuat iritasi di bagian dalam anus. Hal ini dapat dicegah dengan lubrikasi.
Cedera pada otot sphinkter dapat mengganggu kontrol terhadap defekasi.
Patologi
Kanker dan wasir adalah penyakit pada anus yang sering terjadi. Pada bayi dapat terjadi stenosis (tidak adanya saluran) anus, akibat kelainan kongenital (kelainan yang terjadi saat bayi dalam masa kandungan). Anus juga merupakan tempat penularan penyakit seks menular (PMS).
nggap sebagai bagian yang tabu oleh berbagai kelompok masyarakat.

Rektum


Anatomi rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah organ terakhir dari usus besar pada beberapa jenis mamalia yang berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Usus buntu


Usus buntu (sekum) dalam sistem pencernaan manusia
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis, Organ ini ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Pada awalnya organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi, tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) di mana memiliki/berisi kelenjar limfoid.
Penyakit Usus Buntu
Appendicitis merupakan nama penyakit yang menyerang usus buntu. Appendicitis terjadi ketika appendix, nama lain dari usus buntu telah meradang dan membuatnya rentan pecah, ini termasuk darurat medis serius. Operasi dilakukan untuk penyembuhan radang usus yang membengkak, operasi ini membutuhkan perawatan terlebih dahulu kira-kira 3 bulan yang tentunya akan sangat memakan banyak biaya. Bila terjadi gejala usus buntu dalam waktu tiga hari berturut-turut, penderita harap segera menghubungi dokter atau datang ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis sehingga bisa langsung dioperasi, akan tetapi jika gejala usus buntu dibiarkan lebih dari satu minggu, maka perawatan medis serius sangat diperlukan untuk meredakan radang usus yang terjadi sebelum penderita melakukan operasi penyembuhan.
Gejala
• Sakit perut, terutama dimulai di sekitar pusar dan bergerak kesamping kanan bawah.
• Nafsu makan menurun.
• Mual dan muntah.
• Diare, konstipasi (sembelit), atau sering buang angin.
• Demam rendah setelah gejala lain muncul.
• Perut bengkak.

Usus penyerapan


Diagram ileum dan organ-organ yang berhubungan
Usus penyerapan (bahasa Inggris: ileum) adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

Saluran empedu


Diagram sistem pencernaan manusia yang menunjukkan saluran empedu
Saluran empedu (Bahasa Inggris: bile duct) dalam istilah anatomi, adalah struktur-struktur berbentuk tabung panjang yang membawa empedu. Empedu diperlukan untuk pencernaan makanan dan disekresikan oleh hati melalui duktus hepatikus (hepatic duct). Saluran ini akan bergabung dengan duktus sistikus (cystic duct - membawa empedu keluar masuk kantung empedu) untuk membentuk suatu saluran empedu besar menuju usus.

Usus besar


Letak usus besar (large intestine) dalam sistem pencernaan manusia
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri".


Fungsi Usus Besar
Fungsi usus besar yaitu
1. menyimpan dan eliminasi sisa makanan,
2. menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan cara menyerap air
3. mendegradasi bakteri.
Anatomi dan Histologi
Secara makroskopis usus besar dapat dibagi menjadi enam bagian, yaitu sekum, kolon asenden, kolon transversus, kolon desenden, sigmoid, dan rektum. Keenam bagian ini sulit dibedakan secara histologis. Karakteristik utama pada sekum, kolon, dan rektum yaitu tidak membentuk vili seperti usus halus, memiliki kelenjar yang panjang dan berbentuk tubuli sederhana, tidak memiliki sel granuler asidofilik (sel Panneth), dan memiliki jumlah nodul limfatik yang banyak
Gambaran histologis usus besar secara umum yaitu mengandung kripta Lieberkuhn yang lebih panjang dan lebih lurus pada tunika mukosa dibandingkan dengan usus halus. Epitel usus besar berbentuk silinder dan mengandung jauh lebih banyak sel Goblet dibandingkan usus halus Lamina propria usus besar terdiri atas jaringan ikat retikuler dan nodulus limfatikus. Seperti pada usus halus, tunika muskularis mukosa pada usus besar terdiri atas lapisan sirkular sebelah dalam dan lapisan longitudinal sebelah luar. Tunika mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar, lemak, dan pleksus Meissner. Di sebelah luar tunika mukosa terdapat tunika muskularis eksterna dan tunika serosa. Tunika serosa ini terdiri atas mesotelium dan jaringan ikat subserosa.
Pembuluh Darah
Suplai pembuluh darah untuk usus besar berasal dari arteri mesenterica inferior dan superior. Pembagian suplai darah usus besar yaitu sebagai berikut:
1. sekum, kolon asenden, dan kolon transversus proksimal disuplai oleh cabang dari arteri mesenterica superior,
2. kolon transversus distalis, kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum bagian atas disuplai oleh cabang dari arteri mesenterica inferior,
3. sisa rektum disuplai oleh arteri rektalis tengah dan inferior yang merupakan cabang dari arteri iliaca interna dan arteri pudenda interna
Peradangan
Peradangan pada usus besar kolitis. Beberapa indikator terjadinya peradangan pada usus yaitu vili usus menjadi lebih panjang, dinding usus menebal, dan jumlah jaringan limfatik menjadi lebih banyak Berdasarkan gambaran histopatologi, pada peradangan akut terjadi edema di lamina propia disertai infiltrasi leukosit dalam jumlah yang ringan dan didominasi neutrofil. Selain itu, ruang antar vili dan kripta menjadi lebih lebar. Pada infeksi kronis, infiltrasi sel radang didominasi limfosit dan sel plasma, serta penyebaran kripta menjadi lebih lebar karena berisi leukosit dan sel debris. Dalam beberapa kasus, dapat terjadi inflamasi akut dan kronis secara bersamaan disertai nekrosa, trombosis, dan mineralisasi.

Usus dua belas jari


Diagram usus dua belas jari (terlabel gastrointestinal tract)
Usus dua belas jari (bahasa Inggris: duodenum) adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Fungsi
Usus dua belas jari bertanggung jawab untuk menyalurkan makanan ke usus halus. Secara histologis, terdapat kelenjar Brunner yang menghasilkan lendir. Dinding usus dua belas jari tersusun atas lapisan-lapisan sel yang sangat tipis yang membentuk mukosa otot.
Bagian-bagian
Usus dua belas jari dibagi menjadi empat bagian untuk mempermudah pemaparan.
Pars superior
Bagian pertama, yaitu pars suoerior dimulai dari akhir pilorus. Kemudian saluran akan membelok ke lateral kanan. Bagian ini memiliki panjang 5 cm.
[sunting] Pars ascendens
Bagian terakhir, pars ascendens berbentuk saluran menaik dan berakhir pada awal usus kosong (jejunum).

KANDUNG EMPEDU


Kantung empedu (berwarna hijau) dalam sistem pencernaan manusia.
Kantung empedu atau kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kantung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.

HATI


Hati manusia
Hati (bahasa Yunani: ἡπαρ, hēpar) merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.
Lobus hati terbentuk dari sel parenkimal dan sel non-parenkimal. Sel parenkimal pada hati disebut hepatosit, menempati sekitar 80% volume hati dan melakukan berbagai fungsi utama hati. 40% sel hati terdapat pada lobus sinusoidal. Hepatosit merupakan sel endodermal yang terstimulasi oleh jaringan mesenkimal secara terus-menerus pada saat embrio hingga berkembang menjadi sel parenkimal. Selama masa tersebut, terjadi peningkatan transkripsi mRNA albumin sebagai stimulan proliferasi dan diferensiasi sel endodermal menjadi hepatosit.
Lumen lobus terbentuk dari SEC dan ditempati oleh 3 jenis sel lain, seperti sel Kupffer, sel Ito, limfosit intrahepatik seperti sel pit. Sel non-parenkimal menempati sekitar 6,5% volume hati dan memproduksi berbagai substansi yang mengendalikan banyak fungsi hepatosit.
Filtrasi merupakan salah satu fungsi lumen lobus sinusoidal yang memisahkan permukaan hepatosit dari darah, SEC memiliki kapasitas endositosis yang sangat besar dengan berbagai ligan seperti glikoprotein, kompleks imun, transferin dan seruloplasmin. SEC juga berfungsi sebagai sel presenter antigen yang menyediakan ekspresi MHC I dan MHC II bagi sel T. Sekresi yang terjadi meliputi berbagai sitokina, eikosanoid seperti prostanoid dan leukotriena, endotelin-1, nitrogen monoksida dan beberapa komponen ECM.

Sel Ito berada pada jaringan perisinusoidal, merupakan sel dengan banyak vesikel lemak di dalam sitoplasma yang mengikat SEC sangat kuat hingga memberikan lapisan ganda pada lumen lobus sinusoidal. Saat hati berada pada kondisi normal, sel Ito menyimpan vitamin A guna mengendalikan kelenturan matriks ekstraselular yang dibentuk dengan SEC, yang juga merupakan kelenturan dari lumen sinusoid.
Sel Kupffer berada pada jaringan intrasinusoidal, merupakan makrofaga dengan kemampuan endositik dan fagositik yang mencengangkan. Sel Kupffer sehari-hari berinteraksi dengan material yang berasal saluran pencernaan yang mengandung larutan bakterial, dan mencegah aktivasi efek toksin senyawa tersebut ke dalam hati. Paparan larutan bakterial yang tinggi, terutama paparan LPS, membuat sel Kupffer melakukan sekresi berbagai sitokina yang memicu proses peradangan dan dapat mengakibatkan cedera pada hati. Sekresi antara lain meliputi spesi oksigen reaktif, eikosanoid, nitrogen monoksida, karbon monoksida, TNF-α, IL-10, sebagai respon kekebalan turunan dalam fasa infeksi primer.
Sel pit merupakan limfosit dengan granula besar, seperti sel NK yang bermukim di hati. Sel pit dapat menginduksi kematian seketika pada sel tumor tanpa bergantung pada ekspresi antigen pada kompleks histokompatibilitas utama. Aktivitas sel pit dapat ditingkatkan dengan stimulasi interferon-γ.
Selain itu, pada hati masih terdapat sel T-γδ, sel T-αβ dan sel NKT.
Sel punca
Selain hepatosit dan sel non-parenkimal, pada hati masih terdapat jenis sel lain yaitu sel intra-hepatik yang sering disebut sel oval,dan hepatosit duktular. Regenerasi hati setelah hepatektomi parsial, umumnya tidak melibatkan sel progenitor intra-hepatik dan sel punca ekstra-hepatik (hemopoietik), dan bergantung hanya kepada proliferasi hepatosit. Namun dalam kondisi saat proliferasi hepatosit terhambat atau tertunda, sel oval yang berada di area periportal akan mengalami proliferasi dan diferensiasi menjadi hepatosit dewasa. Sel oval merupakan bentuk diferensiasi dari sel progenitor yang berada pada area portal dan periportal, atau kanal Hering, dan hanya ditemukan saat hati mengalami cedera. Proliferasi yang terjadi pada sel oval akan membentuk saluran ekskresi yang menghubungkan area parenkima tempat terjadinya kerusakan hati dengan saluran empedu. Epimorfin, sebuah morfogen yang banyak ditemukan berperan pada banyak organ epitelial, nampaknya juga berperan pada pembentukan saluran empedu oleh sel punca hepatik. Setelah itu sel oval akan terdiferensiasi menjadi hepatosit duktular. Hepatosit duktular dianggap merupakan sel transisi yang terkait antara lain dengan
• metaplasia duktular dari hepatosit parenkimal menjadi epitelium biliari intra-hepatik
• konversi metaplasia dari epitelium duktular menjadi hepatosit parenkimal
• diferensiasi dari sel punca dari silsilah hepatosit
tergantung pada jenis gangguan yang menyerang hati.
Pada model tikus dengan 70% hepatektomi, dan induksi regenerasi hepatik dengan asetilaminofluorena-2, ditemukan bahwa sel punca yang berasal dari sumsum tulang belakang dapat terdiferensiasi menjadi hepatosit, dengan mediasi hormon G-CSF sebagai kemokina dan mitogen. Regenerasi juga dapat dipicu dengan D-galaktosamina.
Sel imunologis
Hati juga berperan dalam sistem kekebalan dengan banyaknya sel imunologis pada sistem retikuendotelial yang berfungsi sebagai tapis antigen yang terbawa ke hati melalui sistem portal hati. Perpindahan fasa infeksi dari fasa primer menjadi fasa akut, ditandai oleh hati dengan menurunkan sekresi albumin dan menaikkan sekresi fibrinogen. Fasa akut yang berkepanjangan akan berakibat pada simtoma hipoalbuminemia dan hiperfibrinogenemia.
Pada saat hati cedera, sel darah putih akan distimulasi untuk bermigrasi menuju hati dan bersama dengan sel Kupffer mensekresi sitokina yang membuat modulasi perilaku sel Ito. Sel TH1 memproduksi sitokina yang meningkatkan respon kekebalan selular seperti IFN-gamma, TNF, dan IL-2. Sel TH2 sebaliknnya akan memproduksi sitokina yang meningkatkan respon kekebalan humoral seperti IL-4, IL-5, IL-6, IL-13 dan meningkatkan respon fibrosis. Sitokina yang disekresi oleh sel TH1 akan menghambat diferensiasi sel T menjadi sel TH2, sebaliknya sitokina sekresi TH2 akan menghambat proliferasi sel TH1. Oleh sebab itu respon kekebalan sering dikatakan terpolarisasi ke respon kekebalan selular atau humoral, namun belum pernah keduanya.
Fungsi hati
Berbagai jenis tugas yang dijalankan oleh hati, dilakukan oleh hepatosit. Hingga saat ini belum ditemukan organ lain atau organ buatan atau peralatan yang mampu menggantikan semua fungsi hati. Beberapa fungsi hati dapat digantikan dengan proses dialisis hati, namun teknologi ini masih terus dikembangkan untuk perawatan penderita gagal hati.
Sebagai kelenjar, hati menghasilkan:
• empedu yang mencapai ½ liter setiap hari. Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa pahit, berasal dari hemoglobin sel darah merah yang telah tua, yang kemudian disimpan di dalam kantong empedu atau diekskresi ke duodenum. Empedu mengandung kolesterol, garam mineral, garam empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Sekresi empedu berguna untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air. Apabila saluran empedu di hati tersumbat, empedu masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi kekuningan. Orang yang demikian dikatakan menderita penyakit kuning.
• sebagian besar asam amino
• faktor koagulasi I, II, V, VII, IX, X, XI
• protein C, protein S dan anti-trombin
• kalsidiol
• trigliserida melalui lintasan lipogenesis
• kolesterol
• insulin-like growth factor 1 (IGF-1), sebuah protein polipeptida yang berperan penting dalam pertumbuhan tubuh dalam masa kanak-kanak dan tetap memiliki efek anabolik pada orang dewasa.
• enzim arginase yang mengubah arginina menjadi ornitina dan urea. Ornitina yang terbentuk dapat mengikat NH³ dan CO² yang bersifat racun.
• trombopoietin, sebuah hormon glikoprotein yang mengendalikan produksi keping darah oleh sumsum tulang belakang.
• Pada triwulan awal pertumbuhan janin, hati merupakan organ utama sintesis sel darah merah, hingga mencapai sekitar sumsum tulang belakang mampu mengambil alih tugas ini.
• albumin, komponen osmolar utama pada plasma darah.
• angiotensinogen, sebuah hormon yang berperan untuk meningkatkan tekanan darah ketika diaktivasi oleh renin, sebuah enzim yang disekresi oleh ginjal saat ditengarai kurangnya tekanan darah oleh juxtaglomerular apparatus.
• enzim glutamat-oksaloasetat transferase, glutamat-piruvat transferase dan laktat dehidrogenase
Selain melakukan proses glikolisis dan siklus asam sitrat seperti sel pada umumnya, hati juga berperan dalam metabolisme karbohidrat yang lain:
• Glukoneogenesis, sintesis glukosa dari beberapa substrat asam amino, asam laktat, asam lemak non ester dan gliserol. Pada manusia dan beberapa jenis mamalia, proses ini tidak dapat mengkonversi gliserol menjadi glukosa. Lintasan dipercepat oleh hormon insulin seiring dengan hormon tri-iodotironina melalui pertambahan laju siklus Cori.[17]
• Glikogenolisis, lintasan katabolisme glikogen menjadi glukosa untuk kemudian dilepaskan ke darah sebagai respon meningkatnya kebutuhan energi oleh tubuh. Hormon glukagon merupakan stimulator utama kedua lintasan glikogenolisis dan glukoneogenesis menghindarikan tubuh dari simtoma hipoglisemia. Pada model tikus, defisiensi glukagon akan menghambat kedua lintasan ini, namun meningkatkan toleransi glukosa.[18] Lintasan ini, bersama dengan lintasan glukoneogenesis pada saluran pencernaan dikendalikan oleh kelenjar hipotalamus.[19]
• Glikogenesis, lintasan anabolisme glikogen dari glukosa.
dan pada lintasan katabolisme:
• degradasi sel darah merah. Hemoglobin yang terkandung di dalamnya dipecah menjadi zat besi, globin, dan heme. Zat besi dan globin didaur ulang, sedangkan heme dirombak menjadi metabolit untuk diekskresi bersama empedu sebagai bilirubin dan biliverdin yang berwarna hijau kebiruan. Di dalam usus, zat empedu ini mengalami oksidasi menjadi urobilin sehingga warna feses dan urin kekuningan.
• degradasi insulin dan beberapa hormon lain.
• degradasi amonia menjadi urea
• degradasi zat toksin dengan lintasan detoksifikasi, seperti metilasi.
Hati juga mencadangkan beberapa substansi, selain glikogen:
• vitamin A (cadangan 1–2 tahun)
• vitamin D (cadangan 1–4 bulan)
• vitamin B12 (cadangan 1-3 tahun)
• zat nesi
• zat tembaga.
Regenerasi sel hati
Kemampuan hati untuk melakukan regenerasi merupakan suatu proses yang sangat penting agar hati dapat pulih dari kerusakan yang ditimbulkan dari proses detoksifikasi dan imunologis. Regenerasi tercapai dengan interaksi yang sangat kompleks antara sel yang terdapat dalam hati, antara lain hepatosit, sel Kupffer, sel endotelial sinusoidal, sel Ito dan sel punca; dengan organ ekstra-hepatik, seperti kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, pankreas, duodenum, hipotalamus.
Hepatosit, adalah sel yang sangat unik. Potensi hepatosit untuk melakukan proliferasi, muncul pada saat-saat terjadi kehilangan massa sel, yang disebut fasa prima atau fasa kompetensi replikatif[22] yang umumnya dipicu oleh sel Kupffer melalui sekresi sitokina IL-6 dan TNF-α. Pada fasa ini, hepatosit memasuki siklus sel dari fasa G0 ke fasa G1.
TNF-α dapat memberikan efek proliferatif atau apoptotik, bergantung pada spesi oksigen reaktif dan glutathion, minimal 4 faktor transkripsi diaktivasi sebelum hepatosit masuk ke dalam fasa proliferasi, yaitu NF-κB, STAT-3, AP-1 dan C/EBP-beta
Proliferasi hepatosit diinduksi oleh stimulasi sitokina HGF dan TGF-α, dan EGFdengan dua lintasan. HGF, TGF-α, dan E yang menginduksi sintesis DNA. Lintasan pertama adalah lintasan IL-6/STAT-3 yang berperan dalam siklus sel melalui siklin D1/p21 dan perlindungan sel dengan peningkatan rasio FLIP, Bcl-2, Bcl-xL, Ref1, dan MnSOD. Lintasan kedua adalah lintasan PI3-K/PDK1/Akt yang mengendalikan ukuran sel melalui molekul mTOR, selain sebagai zat anti-apoptosis dan antioksidan.
Hormon tri-iodotironina, selain menurunkan kadar kolesterol pada hati, juga memiliki kapasitas dalam proliferasi hepatosit sebagai mitogen yang berperan pada siklin D1,[26] mempercepat konsumsi O2 oleh mitokondria dengan mengaktivasi transkripsi pada gen pernafasan hingga meningkatkan produksi spesi oksigen reaktif. Sekresi ROS ke dalam sitoplasma hepatosit akan mengaktivasi faktor transkripsi NF-κB. Pada sel Kupffer, ROS dalam sitoplasma, akan mengaktivasi sekresi sitokina TNF-α, IL-6 dan IL-1 untuk disekresi. Ikatan yang terjadi antara ketiga sitokina ini dengan hepatosit akan menginduksi ekspresi pencerap enzim antioksidan, seperti mangan superoksida dismutase, i-nitrogen monoksida sintase, protein anti-apoptosis Bcl-2, haptoglobin dan fibrinogen-β yang diperlukan hepatosit dalam proliferasi. Stres oksidatif yang dapat ditimbulkan oleh ROS maupun kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh berbagai sitokina, dapat dilenyapkan dengan asupan tosoferol (100 mg/kg) atau senyawa penghambat gadolinium klorida (10 mg/kg) seperti yang dimiliki oleh sel Kupffer, sebelum stimulasi hormon tri-iodotironina, sedangkan laju proliferasi hepatosit dikendalikan oleh kadar etanolamina sebagai faktor hepatotrofik humoral.
Kemampuan hati untuk melakukan regenerasi telah diketahui semenjak jaman Yunani kuno dari cerita mitos tentang seorang titan yang bernama Prometheus. Kemampuan ini dapat sirna, hingga hepatosit tidak dapat masuk ke dalam siklus sel, walaupun kehilangan sebagian massanya, apabila terjadi fibrosis hati. Lintasan fibrosis yang tidak segera mendapat perawatan, lambat laun akan berkembang menjadi sirosis hati dan mengharuskan penderitanya untuk menjalani transplantasi hati atau hepatektomi demi kelangsungan hidupnya.
Regenerasi hati setelah hepatektomi parsial merupakan proses yang sangat rumit di bawah pengaruh perubahan hemodinamika, modulasi sitokina, hormon faktor pertumbuhan dan aktivasi faktor transkripsi, yang mengarah pada proses mitosis. Hormon PRL yang disekresi oleh kelenjar hipofisis menginduksi respon hepatotrofik sebagai mitogen yang berperan dalam proses proliferasi dan diferensiasi. PRL memberi pengaruh kepada peningkatan aktivitas faktor transkripsi yang berperan dalam proliferasi sel, seperti AP-1, c-Jun dan STAT-3; dan diferensiasi dan terpeliharanya metabolisme, seperti C/EBP-alfa, HNF-1, HNF-4 dan HNF-3. c-Jun merupakan salah satu protein penyusun AP-1.Induksi NF-κB pada fasa ini diperlukan untuk mencegah apoptosis dan memicu derap siklus sel yang wajar. Pada masa ini, peran retinil asetat menjadi sangat vital, karena fungsinya yang menambah massa DNA dan protein yang dikandungnya.
Penyakit pada hati
Hati merupakan organ yang menopang kelangsungan hidup hampir seluruh organ lain di dalam tubuh. Oleh karena lokasi yang sangat strategis dan fungsi multi-dimensional, hati menjadi sangat rentan terhadap datangnya berbagai penyakit. Hati akan merespon berbagai penyakit tersebut dengan meradang, yang disebut hepatitis
Seringkali hepatitis dimulai dengan reaksi radang patobiokimiawi yang disebut fibrosis hati, dengan simtoma paraklinis berupa peningkatan rasio plasma laminin, sebuah glikoprotein yang disekresi sel Ito, asam hialuronat dan sejenis aminopeptida yaitu prokolagen tipe III, dan CEA. Fibrosis hati dapat disebabkan oleh rendahnya rasio plasma HGF, atau karena infeksi viral, seperti hepatitis B, patogen yang disebabkan oleh infeksi akut sejenis virus DNA yang memiliki fokus infeksi berupa templat transkripsi yang disebut cccDNA yang termetilasi, atau hepatitis C, patogen serupa hepatitis B yang disebabkan oleh infeksi virus RNA dengan fokus infeksi berupa metilasi DNA, terutama melalui mekanisme ekspresi genetik berkas GADD45B, sehingga mengakibatkan siklus sel hepatosit menjadi tersendat-sendat.
Fibrosis hati memerlukan penangan sedini mungkin, seperti pada model tikus, stimulasi proliferasi hepatosit akan meluruhkan fokus infeksi virus hepatitis B, sebelum berkembang menjadi sirosis hati atau karsinoma hepatoselular. Setelah terjadi kanker hati, senyawa siklosporina yang memiliki potensi untuk memicu proliferasi hepatosit, justru akan mempercepat perkembangan sel kanker, oleh karena sel kanker mengalami hiperplasia hepatik, yaitu proliferasi yang tidak disertai aktivasi faktor transkripsi genetik. Hal ini dapat diinduksi dengan stimulasi timbal nitrat (LN, 100 mikromol/kg), siproteron asetat (CPA, 60 mg/kg), dan nafenopin (NAF, 200 mg/kg).
Hepatitis juga dapat dimulai dengan defisiensi mitokondria di dalam hepatosit, yang disebut steatohepatitis. Disfungsi mitokondria akan berdampak pada homeostasis senyawa lipid dan peningkatan rasio spesi oksigen reaktif yang menginduksi TNF-α. Hal ini akan berlanjut pada pengendapan lemak, stres oksidatif dan peroksidasi lipid, serta membuat mitokondria menjadi rentan terhadap kematian oleh nekrosis akibat rendahnya rasio ATP dalam matrik mitokondria, atau oleh apoptosis melalui pembentukan apoptosom dan peningkatan permeabilitas membran mitokondria dengan mekanisme Fas/TNF-α. Permintaan energi yang tinggi pada kondisi ini menyebabkan mitokondria tidak dapat memulihkan cadangan ATP hingga dapat memicu sirosis hati,[50] sedangkan peroksidasi lipid akan menyebabkan kerusakan pada DNA mitokondria dan membran mitokondria sisi dalam yang disebut sardiolipin, dengan peningkatan laju oksidasi-beta asam lemak, akan terjadi akumulasi elektron pada respiratory chain kompleks I dan III yang menurunkan kadar antioksidan.
Sel hepatosit apoptotik akan dicerna oleh sel Ito menjadi fibrinogen dengan reaksi fibrogenesis setelah diaktivasi oleh produk dari peroksidasi lipid dan rasio leptin yang tinggi. Apoptosis kronis kemudian dikompensasi dengan peningkatan laju proliferasi hepatosit, disertai DNA yang rusak oleh disfungsi mitokondria, dan menyebabkan mutasi genetik dan kanker.
Pada model tikus, melatonin merupakan senyawa yang menurunkan fibrosis hati, sedang pada model kelinci, kurkumin merupakan senyawa organik yang menurunkan paraklinis steatohepatitis, sedang hormon serotonin dan kurangnya asupan metionina dan kolina memberikan efek sebaliknya dengan resistansi adiponektin.
Disfungsi mitokondria juga ditemukan pada seluruh patogenesis hati, dari kasus radang hingga kanker dan transplantasi, Pada kolestasis kronik, asam ursodeoksikolat bersama dengan GSH bersinergis sebagai antioksidan yang melindungi sardiolipin dan fosfatidil serina hingga mencegah terjadinya sirosis hati.
Pengaruh alkohol
Alkohol dikenal memiliki fungsi immunosupresif terhadap sistem kekebalan tubuh, termasuk meredam ekspresi kluster diferensiasi CD4+ dan CD8+ yang diperlukan dalam pertahanan hati terhadap infeksi viral, terutama HCV. Alkohol juga meredam rasio kemokina IFN pada lintasan transduksi sinyal selular, selain meningkatkan resiko terjadinya fibrosis.
Banyak lintasan metabolisme memberikan kontribusi terhadap alkohol untuk menginduksi stres oksidatif. Salah satu lintasan metabolisme yang sering diaktivasi oleh etanol adalah induksi enzim sitokrom P450 2E1. Enzim ini menimbulkan spesi oksigen reaktif seperti radikal anion superoksida dan hidrogen peroksida, serta mengaktivasi subtrat toksik termasuk etanol menjadi produk yang lebih reaktif dan toksik. Sel dendritik tampaknya merupakan sel yang paling terpengaruh oleh kandungan etanol di dalam alkohol. Pada percobaan menggunakan model tikus, etanol meningkatkan rasio plasma IL-1β, IL-6, IL-8, TNF-α, AST, ALT, ADH, γ-GT, TG, MDA dan meredam rasio IL-10, GSH, faktor transkripsi NF-κB dan AP-1.
Pengaruh alkaloid
Kopi, salah satu kompleks senyawa alkaloid dari golongan purina xantina dengan asam klorogenat dan lignan, pada studi epidemiologis, disimpulkan sebagai salah satu faktor penurun risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2, penyakit Parkinson, sirosis hati dan karsinoma hepatoselular, dan perbaikan toleransi glukosa. Konsumsi kopi secara kronis terbukti tidak menyebabkan tekanan darah tinggi namun secara akut mengakibatkan peningkatan tekanan darah sementara dalam selang waktu singkat, dan plasma homosisteina sehingga dapat menjadi ancaman bagi penderita gangguan kardiovaskular.
Konsumsi kopi secara teratur dapat menurunkan rasio enzim ALT serta aktifitas enzimatik pada lintasan metabolisme hati, yang sering disebabkan oleh infeksi viral, induksi obat-obatan, keracunan, kondisi iskemik, steatosis (akibat alkohol, diabetes, obesitas), penyakit otoimun, dan resistansi insulin, sindrom metabolisme, dan kelebihan zat besi. Selain ALT, kopi juga menurunkan enzim hati yang lain, yaitu gamma-GT dan alkalina fosfatase. dan memberikan efek antioksidan dan detoksifikasi fasa II oleh karena senyawa diterpena, kafestol dan kahweol, sehingga mencegah terjadinya proses karsinogenesis. Proses tersebut disertai dengan gamma-GT sebagai indikator utama.
Transplantasi hati
Teknologi transplantasi hati merupakan hasil yang dikembangkan dari penelitian pada beberapa bidang studi kedokteran. Pada tahun 1953, Billingham, Brent, dan Medawar menemukan bahwa toleransi kimerismedapat diinduksi oleh infus sel hematolimfopoietik donor pada model tikus.
Pada tahun 1958 studi canine mengembangkan suatu teori mengenai molekul hepatotrofik pada portal pembuluh balik pada hati dan menemukan hormon insulin sebagai faktor hepatotrofik utama dari beberapa faktor lain yang ada. Pada saat yang hampir bersamaan teori mengenai transplantasi multiviseral dan hati juga berkembang dari studi imunosupresi yang mempelajari algoritma empiris dari pengenalan pola dan respon terapis. Pada awal 1960, dibuktikan bahwa canine dan allograft manusia memiliki toleransi kimersime yang dapat terinduksi otomatis dengan bantuan imunosupresi, hingga pada akhir 1962 disimpulkan dengan keliru, bahwa transplantasi melibatkan dua sistem kekebalan yang berbeda. Konsekuensi kesimpulan tersebut menjadi dogma bahwa tolerogenisitas hati, pada dasarnya, berbeda, tidak hanya dengan sumsum tulang belakang, tetapi dengan seluruh organ tubuh yang lain Kekeliruan ini tidak terkoreksi dengan baik hingga tahun 1990.
Transplantasi hati yang pertama dilakukan di Denver pada tahun 1963, keberhasilan pertama tercatat pada tahun 1967 dengan azatioprina, prednison dan globulin anti-limfoid, oleh Thomas E. Starzl dari Amerika Serikat, disusul oleh keberhasilan transplantasi sumsum tulang belakang manusia pada tahun 1968. Rentang waktu antara 1967 hingga 1979 mencatat 84 kali transplantasi hati pada anak dengan 30% daya tahan hidup hingga 2 tahun.
Perkembangan studi imunosupresi kemudian memberikan perbaikan dan harapan hidup lebih panjang bagi pasien, antara lain dengan pergantian azatioprina dengan siklosporina pada tahun 1979, lalu tergantikan dengan takrolimus pada tahun 1989.
Pada tahun 1992, dikembangkan teori mikrokimerisme leukosit donor dengan cakupan donor dari silsilah berlainan, yang memberikan harapan hidup yang sangat panjang bagi penerima donor organ, setelah diketahui hubungan antara aspek imunologis dari transplantasi, infeksi, toleransi oleh sumsum tulang belakang, neoplasma dan kelainan otoimun, yang disebut sebagai mekanisme seminal. Respon kekebalan dan toleransi kekebalan antara organ donor dan tubuh ditemukan merupakan fungsi dari migrasi dan lokalisasi leukosit. Salah satu temuan adalah aktivasi sistem kekebalan turunan oleh sel NK dan interferon-γ segera setelah transplantasi selesai dilakukan. Pada model tikus, sel hepatosit donor ditemukan bersifat sangat antigenik sehingga memicu respon penolakan, yang dapat dilakukan secara mandiri atau bersama-sama antara sel T CD4 dan sel T CD8.
Untuk itu diperlukan terapi imunosupresif yang intensif sebelum transplantasi dilakukan, yang disebut preparative regimen atau conditioning untuk mencegah penolakan organ donor oleh sistem kekebalan inang. Terapi imunosupresif tersebut ditujukan untuk menekan sel T dan sel NK inang guna memberikan ruang di dalam sumsum tulang belakang untuk transplantasi sel punca hematopoietik dari organ donor melalui terapi mielosupresif, untuk keseimbangan repopulasi sel donor dengan sel hasil diferensiasi dari sel punca inang.
Dewasa ini, transplantasi hati dilakukan hanya pada saat hati telah memasuki jenjang akhir suatu penyakit, atau telah terjadi disfungsi akut yang disebut fulminant hepatic failure. Kasus transplantasi hati pada manusia umumnya disebabkan oleh sirosis hati akibat dari hepatitis C kronis, ketergantungan alkohol, hepatitis otoimun dll.
Teknik umum yang digunakan adalah transplantasi ortotopik, yaitu penempatan organ donor pada posisi anatomik yang sama dengan posisi awal organ sebelumnya. Transplantasi hati berpotensi dapat diterapkan, hanya jika penerima organ donor tidak memiliki kondisi lain yang memberatkan, seperti kanker metastatis di luar organ hati, ketergantungan pada obat-obatan atau alkohol. Beberapa ahli berpedoman pada kriteria Milan untuk seleksi pasien transplantasi hati.
Organ donor, disebut allograft, biasanya berasal dari manusia lain yang baru saja meninggal dunia akibat cedera otak traumatik (kadaverik). Teknik transplantasi lain menggunakan organ manusia yang masih hidup, operasi hepatektomi mengangkat 20% hati pada segmen Coinaud 2 dan 3 dari orang dewasa untuk didonorkan kepada seorang anak, pada tahun 1989.

Lambung

Lambung:
1) Esofagus
2) Kardia
3) Fundus
4) Selaput lendir
5) Otot lapisan
6) Lambung mukosa
7) Tubuh perut
8) Pilorik antrum
9) Pilorus
10) Usus dua belas jari (duodenum)
Lambung (bahasa Inggris: stomach) atau ventrikulus berupa suatu kantong yang terletak di bawah sekat rongga badan. Fungsi lambung secara umum adalah tempat di mana makanan dicerna dan sejumlah kecil sari-sari makanan diserap. Lambung dapat dibagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus. Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan itu sendiri . Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat. Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari atau sering disebut duodenum.

Dinding lambung tersusun menjadi empat lapisan, yakni mucosa, submucosa, muscularis, dan serosa. Mucosa ialah lapisan dimana sel-sel mengeluarkan berbagai jenis cairan, seperti enzim, asam lambung, dan hormon. Lapisan ini berbentuk seperti palung untuk memperbesar perbandingan antara luas dan volume sehingga memperbanyak volume getah lambung yang dapat dikeluarkan. Submucosa ialah lapisan dimana pembuluh darah arteri dan vena dapat ditemukan untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawa nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel tersebut. Muscularis adalah lapisan otot yang membantu perut dalam pencernaan mekanis. Lapisan ini dibagi menjadi 3 lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang, dan menyerong. Kontraksi dan ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak peristaltik (gerak menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di dalam lambung diaduk-aduk. Lapisan terluar yaitu serosa berfungsi sebagai lapisan pelindung perut. Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan sejenis cairan untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi antara perut dengan anggota tubuh lainnya.

Di lapisan mucosa terdapat 3 jenis sel yang berfungsi dalam pencernaan, yaitu sel goblet [goblet cell], sel parietal [parietal cell], dan sel chief [chief cell]. Sel goblet berfungsi untuk memproduksi mucus atau lendir untuk menjaga lapisan terluar sel agar tidak rusak karena enzim pepsin dan asam lambung. Sel parietal berfungsi untuk memproduksi asam lambung [Hydrochloric acid] yang berguna dalam pengaktifan enzim pepsin. Diperkirakan bahwa sel parietal memproduksi 1.5 mol dm-3 asam lambung yang membuat tingkat keasaman dalam lambung mencapai pH 2. Sel chief berfungsi untuk memproduksi pepsinogen, yaitu enzim pepsin dalam bentuk tidak aktif. Sel chief memproduksi dalam bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak mencerna protein yang dimiliki oleh sel tersebut yang dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut.

Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil. Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan makanan. Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia, berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca2+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya renim susu yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam lambuing dan usus tanpa sempat dicerna.

Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat asam.Sebaliknya, oto pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentu kim. Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamanya menurun. Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.

Pankreas


Potongan depan perut, menunjukkan pankreas dan duodenum.

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama: menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti:
• insulin yang dihasilkan sel beta
• GHS yang dihasilkan sel epsilon.
• GHIH yang dihasilkan sel delta
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Beberapa fungsi dari pankreas adalah :
• Mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glucagon, yang menambah kadar gula dalam darah dengan mempercepat tingkat pelepasan dari hati.
• Pengurangan kadar gula dalam darah dengan mengeluarkan insulin yang mana mempercepat aliran glukosa ke dalam sel pada tubuh, terutama otot. Insulin juga merangsang hati untuk mengubah glukosa menjadi glikogen dan menyimpannya di dalam sel-selnya.

Esofagus


Bagan posisi esofagus pada manusia, dilihat dari belakang
Esofagus (dari bahasa Yunani: οiσω, oeso - "membawa", dan έφαγον, phagus - "memakan") atau kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui esofagus dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring – yang menghubungkan esofagus dengan rongga mulut – pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian: bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

Mulut


Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Bagian-bagian yang terdapat dalam mulut:
• Gigi (dens)
• Lidah (lingua) adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Berfungsi untuk:
1. sebagai indera pengecap/perasa
2. mengaduk makanan di dalam rongga mulut
3. membantu proses penelanan
4. membantu membersihkan mulut
5. membantu bersuara/berbicara
• Ludah (saliva) dihasilkan oleh kelenjar ludah

Kelenjar liur


Kelenjar liur: #1 adalah Kelenjar Parotis, #2 adalah Kelenjar Submandibula, #3 adalah Kelenjar Sublingua

Latin glandulae salivariae
Kelenjar liur atau kelenjar ludah pada mamalia adalah kelenjar eksokrin, yaitu kelenjar yang mempunyai saluran sendiri, yang memproduksi air liur. Kelenjar ini juga menyekresi amilase, enzim yang memecah karbohidrat menjadi maltosa. Pada organisme lain seperti serangga, kelenjar ini sering digunakan untuk memproduksi protein yang penting secara biologis, seperti sutra atau lem. Kelenjar liur lalat mengandung kromosom politenol yang berguna dalam riset genetik.
Kelenjar ini pada manusia terdapat di bawah lidah. Produksi air ludah dapat terganggu apabila terjadi dehidrasi, panas dalam, atau disebabkan oleh suatu penyakit.
Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis adalah kelenjar-liur yang terbesar. Ia dikelilingi oleh ramus mandibula dan menyekresikan air liur melalui Duktus Stensen menuju kavum oral untuk membantu mengunyah dan menelan.
Kelenjar Submandibula
Kelenjar Submandibula adalah sepasang kelenjar yang terletak di rahang bawah, di atas otot digatrik. Produksi sekresinya adalah campuran serous dan mukous dan masuk ke mulut melalui duktus Wharton. Walaupun lebih kecil daripada kelenjar parotis, sekitar 70% saliva di kavum oral diproduksi oleh kelenjar ini.
Kelenjar Sublingua
Kelenjar Sublingua adalah sepasang kelenjar yang terletak di bawah lidah di dekat kelenjar submandibula. Sekitar 5% air liur yang masuk ke kavum oral keluar dari kelenjar ini.
Kelenjar Liur Minor
Terdapat lebih dari 600 kelenjar liur minor yang terletak di kacum oral di dalam lamina propria mukosa oral. Diameternya 1-2mm. Kelenjar ini biasanya merupakan sejumlah asinus yang terhubung dalam lobulus kecil. Kelenjar liur minor mungkin mempunyai saluran ekskresi bersama dengan kelenjar minor yang lain, atau mungkin juga mempunyai saluran sendiri. Secara alami, sekresi utamanya adalah mukous (kecuali Kelenjar Von Ebner) dan mempunyai banyak fungsi, seperti membasahi kavum oral dengan saliva. Masalah gigi biasanya berhubungan dengan kelenjar liur minor.
Kelenjar Von Ebner terletak di papilla sirkumvalata lidah. Kelenjar ini mensekresikan cairan serous yang memulai hidrolisis lipid. Kelenjar ini adalah komponen esensial indra perasa.
Inervasi
Kelenjar liur diinervasi, baik secara langsung maupun tidak, oleh sistem saraf otonom simpatis dan parasimpatis. Keduanya menghasilkan kenaikan output amilase.
• Inervasi parasimpatis kelenjar liur dibawa oleh saraf kranial. Kelenjar parotis menerima input parasimpatisnya dari nervus glossopharingeus (N IX) melalui ganglion otikum, sedangkan kelenjar submandula dan sublingua menerima input parasimpatisnya dari nervus facialis (N VII) melalui ganglion submandibula. Saraf ini melepaskan asetilkolin dan substansi P, yang masing-masing mengaktifkan jalur IP3 dan DAG.
• Inervasi langsung simpatis kelenjar liur terjadi melalui nervus preganglion di segmen thorak TI-III yang bersinap di ganglion servikalis superior dengan neuron postganglion yang melepaskan norepinefrin, yang kemudian diterima oleh reseptor β-adrenergic di sel duktus dan asiner kelenjar lir. Efeknya adalah peningkatan sekresi air liur.
Perlu diperhatikan bahwa stimulus simpatis maupun parasimpatis berakibat pada peningkatan sekresi kelenjar liur. Sistem saraf simpatis juga memengaruhi sekresi kelenjar liur secara tidak langsung dengan menginervasi pembuluh darah kelenjar.

Sistem pencernaan


Sistem pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.
Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi di sepanjang saluran pencernaan (bahasa Inggris: gastrointestinal tract) dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus.

Diagram sistem pencernaan
1. Kelenjar ludah
2. Parotis
3. Submandibularis (bawah rahang)
4. Sublingualis (bawah lidah)
5. Rongga mulut
6. Esofagus
7. Pankreas
8. Lambung
9. Saluran pankreas
10. Hati
11. Kantung empedu
12. duodenum
13. Saluran empedu
14. Kolon
15. Kolon transversum
16. Kolon ascenden
17. Kolon descenden
18. Ileum
19. Sekum
20. Appendiks
21. Rektum
22. Anus

Kawalan Aras Gula Ringkas dalam Darah

Jika ginjal terlibat dalam pembentukan air kencing, pankreas adalah organ yang terlibat dalam pengawalaturan glukosa dalam darah. Pankreas terletak dibawah perut dan organ ini menerima bekalan darah yang banyak untuk memastikan organ ini berfungsi dengan baik. Pankreas mengandungi sel-sel Langerhans. Satu sel Langerhans terbahagi kepada dua bahagian, iaitu sel α (sel alfa) dan sel β (sel beta).
Kepekatan gula dalam darah yang normal adalah 90 mg untuk setiap 100 cm3. Dalam badan, glukosa akan ditukarkan kepada karbon dioksida, air dan tenaga (respirasi) terutama di tisu-tisu otot. Namun apabila aras glukosa terlampau banyak iaitu lebih daripada julat normal, sel-sel Langerhans beta akan merembeskan lebih banyak hormon insulin manakala sel-sel alfa akan menghentikan pengeluaran hormon glukagon. Aras glukosa dalam darah akan turun dan proses ini akan berterusan sehingga aras glukosa dalam darah berada pada julat yang normal.
Fungsi hormon insulin ialah:
• Merangsang penukaran glukosa kepada glikogen untuk disimpan dalam hati.
• Merangsang pengoksidaan glukosa untuk tujuan respirasi dalam sel.
Apabila aras glukosa terlampau rendah iaitu kurang daripada julat normal, sel-sel Langerhans alfa akan merembeskan lebih banyak hormon glukagon dan sel-sel beta akan berhenti merembeskan hormon insulin. Glukagon akan menukarkan glikogen kepada glukosa dan aras glukosa dalam darah akan naik. Proses ini akan berterusan sehingga aras glukosa dalam darah berada pada julat yang normal.
Fungsi hormon glukagon ialah:
• Merangsang penukaran glikogen kepada glukosa dalam darah.

Proses Pengosmokawalaturan dalam Badan Manusia

Ginjal adalah organ yang terlibat dalam proses pengosmokawalaturan. Dalam penghasilan air kencing, jumlah air yang diserap semula di liku Henle menimbulkan dua kemungkinan iaitu:
1. Apabila lebih garam dalam badan dan kurang air
2. Apabila kurang garam dalam badan dan lebih air
Apabila aras garam lebih dari julat normal, darah menjadi pekat, atau dalam kata lainnya, kurang air dalam badan. Hal ini membawa kepada peningkatan tekanan osmosis darah dan osmoreseptor pada hipotalamus akan terangsang. Seterusnya kelenjar pituitari akan dirangsang lebih aktif untuk merembeskan hormon ADH (antidiuresis) untuk meningkatkan ketelapan tubul ginjal terhadap air manakala kelenjar [[adrenal](hormon aldosteron) akan kurang dirangsang. Maka lebih banyak air diserap dan kurang ion natrium dan ion kalsium diserap semula masuk dalam badan sehingga tekanan osmosis darah akan turun. Proses ini akan berulang sehingga tekanan osmosis darah turun pada julat normal.
Apabila aras garam rendah dari julat normal dalam badan dan banyak air dalam badan, tekanan osmosis darah akan menurun. Osmoreseptor pada hipotalamus akan terangsang dan menghantar impuls kepada kelenjar pituitari. Kelenjar ini menjadi kurang dirangsang untuk merembeskan hormon ADH (antidiuresis) untuk mengurangkan ketelapan tubul ginjal terhadap air manakala kelenjar adrenal(hormon aldosteron) akan dirangsang dengan lebih aktif sehingga kurang air diserap dan kurang natrium dan kalsium diserap semula masuk dalam badan. Tekanan osmosis darah akan naik dan proses ini akan berulang sehingga tekanan osmosis darah meningkat pada julat normal.
Fungsi hormon antidiuresis ialah:
• Merangsang penyerapan semula air pada tubul ginjal - Menambah ketelapan tubul ginjal terhadap air.
Fungsi hormon aldosteron ialah:
• Mengekalkan keseimbangan ion natrium dan ion kalsium dalam darah - Penyerapan ion kalsium dan ion natrium pada tubul ginjal.
• Memelihara keseimbangan air dan garam dalam darah
Air yang tidak diserap masuk semula dalam badan akan keluar sebagai air kencing.
Air kencing
Proses pembentukan air kencing terdiri daripada 3 proses iaitu:
1. Proses Ultraturasan
2. Proses Penyerapan Semula
3. Proses Pembuangan Air Kencing
Diantara bahan beracun yang disalur keluar ialah:
• Urea
• Asid urik
• Ammonia
• Dadah - Contoh steroid
Diantara kandungan air kencing ialah:
• Air
• Urea
• Asid Urik
• Ammonia
• Natrium
• Klorida
• Fosfat
Kawalan Suhu Badan Manusia
Terdapat 2 kaedah pengawal suhu badan iaitu:
1. kaedah fizikal
2. Kaedah metabolik
Semua kaedah untuk mengawal suhu badan adalah dengan bantuan koordinasi badan.
Pengawalan suhu dengan kaedah fizikal
Kaedah ini dikenali sebagai kaedah fizikal kerana kawalaturan lebih kepada penggunaan otot-otot badan dan secara fizikal. Diantara kemungkinan yang akan berlaku ialah:
1. Suhu badan tinggi melebihi julat yang normal
2. Suhu badan rendah melebihi julat yang normal
Apabila suhu badan tinggi, termoreseptor akan mengesan suhu pada kulit lalu menghantar impuls kepada otak iaitu hipotalamus yang berfungsi sebagai termostat mengesan suhu darah yang melaluinya. Mekanisme pembetulan akan diarah atau dirangsang oleh hipotalamus dengan menggunakan koordinasi badan.
• Mekanisme pembetulan apabila suhu badan tinggi ialah:
1. Pemvasodilatan - Salur darah mengembang untuk berdekatan dengan kulit (iaitu persekitaran luar) yang membolehkan haba dibebaskan keluar.
2. Bulu kulit dicondongkan - Mengurangkan udara daripada terperangkap pada kulit supaya haba mudah dibebaskan kerana udara adalah penebat haba yang baik.Bulu kulit dikawal oleh otot erektor.
3. Lebih darah pada kulit (Kulit kelihatan merah) - Memudahkan haba daripada darah terbebas keluar melalui proses sinaran.
4. Berpeluh - Air peluh yang dirembes oleh kelenjar peluh mempunyai haba pendam tentu yang tinggi dapat menyerap haba yang tinggi dan terbebas ke persekitran apabila air peluh mengewap.
Haiwan seperti anjing dan kucing tidak mempunyai kelenjar peluh kecuali di tapak kaki mereka. Oleh itu, anjing akan menjelirkan lidahnya manakala kucing akan menjilat bulunya supaya suhu badan mereka berkurangan.
Apabila suhu badan rendah, perkara yang sama berlaku, di mana termoreseptor menghantar impuls kepada hipotalamus. Perbezaannya adalah bagaimana hipotalamus bertindak untuk meningkatkan suhu badan ke julat yang normal.
• Mekanisme pembetulan apabila suhu badan rendah ialah:
1. Pemvasocerutan - Salur darah mengecut untuk menjauhi kulit. Dengan ini haba kurang dibebaskan ke persekitaran.
2. Bulu kulit ditegakkan - Udara akan terperangkap dicelah-celah bulu roma dan bertindak sebagai 'selimut' supaya haba sukar dibebaskan kerana udara adalah penebat haba yang baik.
3. Kurang darah pada kulit (Kulit kurang kelihatan kemerahanan atau pucat) - Kurang mengalami proses sinaran untuk mengurangkan haba daripada terbebas keluar ke persekitaran.
4. Kurang berpeluh - Apabila kurang air peluh dirembeskan oleh kelenjar peluh maka haba kurang dibebaskan melalui pengewapan air peluh.
Pengawalan suhu dengan kaedah metabolik
Kaedah ini dikenali sebagai kaedah metabolik kerana kawalaturan lebih kepada penggunaan kimia badan daripada secara fizikal walaupun terdapat kawalaturan yang melibatkan otot-otot. Kawalan ini melibat peranan:
• Otot rangka
• Kelenjar adrenal
• Kelenjar tiroid
Dalam keadaan sejuk, hipotalamus akan mengawal otot rangka untuk mengecut dan mengendur secara aktif. Hal ini akan menyebabkan seseorang mengigil dan meningkatkan suhu badan. Dalam masa yang sama, kelenjar adrenal akan merembeskan hormon adrenalina dan noradrenalina manakala kelenjar tiroid akan merembeskan hormon tiroksina, semua hormon ini bertujuan untuk meningkatkan suhu badan dengan cara meningkatkan metabolisme badan.
Dalam keadaan panas, aktiviti otot rangka akan berkurangan, begitu juga dengan perembesan hormon-hormon tertentu oleh kelenjar adrenal dan kelenjar tiroid akan berkurangan.
Hormon adrenalina dan noradrenalina bertindak dengan:
1. Meningkatkan kadar denyutan jantung dan kadar pernafasan.
2. Meningkatkan tekanan darah
3. Meningkatkan metabolisme badan
4. Meningkatkan aras gula darah dengan merangsang penukaran glikogen kepada glukosa.

Homeostasis


Homeostasis dirujuk sebagai pengekalan atau mekanisma kawal atur persekitaran dinamik dalaman (badan organisma) yang malar. Homeostasis merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam biologi. Bidang fisiologi boleh mengklasifkasikan mekanisma homeostasis kawalatur dalaman organisma. Gerak balas homeostasis berlaku pada setiap organisma.
Terdapat 2 jenis pemalar atau keadaan mantap dalam homeostasis iaitu
1. Sistem tertutup - Keseimbangan statik
o Dimana keadaan dalam yang tidak berubah seperti botol tertutup.
2. Sistem terbuka - Keseimbangan dinamik
o Dimana keadaan dalam yang malar walaupun sistem ini terus berubah contohnya seperti sebuah kolam di dasar air terjun.
Organisma mempunyai 2 persekitaran iaitu:
1. Persekitaran luar iaitu persekitaran yang mengelilingi organisma secara keseluruhan. Organisma akan hidup secara berkongsi dengan organisma-organisma(biosis) dan objek-objek yang bukan hidupan(abiosis).
2. Persekitaran dalam iaitu persekitaran dinamik dalam badan manusia yang terdiri daripada bendalir yang mengelilingi komuniti sel-sel yang membentuk badan.
Biosis ialah komponen hidupan iaitu meliputi semua organisma hidupan.Contoh komponen biosis ialah:
• Manusia
• Tumbuhan
• Haiwan
Abiosis ialah komponen bukan hidupan seperti:
• Suhu
• Nilai pH
• Keamatan cahaya
• Kelembapan
• Topografi
• Iklim

Perubahan persekitaran
Perubahan kecil dalam persekitaran dinamik dalam badan boleh
menyebabkan sel-sel mati.Contoh-contoh yang akan menyebabkan sel-sel mati walaupun dalam julat kecil ialah seperti:
• Dehidrasi - Kurang air
• Zat makanan yang kurang
• Sisa toksik dikumpul dalam badan
• Suhu berubah dengan mendadak
Faktor yang perlu dikawal
Setiap faktor-faktor mempunyai julat-julat tertentu yang boleh mempengaruhi persekitaran dinamik. Contoh beberapa faktor dalam bendalir yang perlu dikawal atur julatnya:
• pH - 7.3pH - 7.4pH, berbeza dengan salur alimentari julat pH adalah berbeza-beza pada tempat tertentu.
• Suhu - 37oC - 39oC
• Glukosa - 4.4 - 5.5 mmol/dm3
• Urea - 3.3 - 6.6 mmol/dm3
Kepentingan Homeostasis
Akibat daripada perubahan kecil julat ini, hal ini akan menimbulkan masalah kepada organisma yang sentiasa berada dalam persekitaran luar yang tidak tentu dan cara hidup yang kurang sihat. Maka , untuk mengadaptasi kepada perubahan ini, organ-organ tertentu dalam badan organisma berfungsi untuk mengimbangi, mengawal, mengstabilkan, menyesuaikan, dan mengekalkan persekitaran dalam supaya berada dalam keadaan yang stabil untuk sel-sel terus hidup dan berfungsi secara optimum.
Antara kepentingannya ialah:
• Memboleh organisma mengadaptasi kepada persekitaran luar yang mempunyai julat dan habitat yang lebih luas.
• Menyediakan keadaan dalaman (persekitaran dinamik dalam badan organisma) yang stabil supaya sel-sel dapat menjalankan hidup dengan cekap.
• Membolehkan kadar metabolisma dikawal dengan cekap pada bila-bila masa.
• Boleh enzim-enzim menjalan fungsinya dengan optimum.
Mekanisme Homeostasis
Mekanisme ini dikawal oleh otak terutama hipotalamus. Hipotalamus terangsang akan merangsang koordinasi badan.Proses ini akan berterusan sehingga persekitaran dinamik dalam badan akan berada pada julat yang normal.
2 koordinasi badan yang terlibat ialah:
1. Kordinasi Kimia - Seperti Hormon
2. Kordinasi Saraf - Seperti Impuls saraf
Antara proses-proses yang terlibat ialah:
1. Suap balik positif - Contoh deman, badan akan bertambah panas untuk membunuh bakteria dan virus.
2. Suap balik negatif - Contoh keadaan panas, badan akan dikawalatur untuk mengurangkan haba daripada badan.
Contoh homeostasis yang ringkas ialah
• Apabila cuaca panas, sistem kulit akan bertindak balas dengan mengeluarkan peluh melalui kelenjar peluh pada epidermis kulit untuk mencegah suhu darah daripada meningkat. Salur darah pula akan mengembang untuk mengeluarkan haba ke persekitaran dan hal ini kadang kala menyebabkan kulit berwarna merah.
• Apabila aras glukosa dalam darah telah habis atau berkurangan daripada julat tertentu, hati akan dirangsang oleh insulin untuk menukarkan glikogen kepada glukosa supaya dapat digunakan sebagai tenaga untuk tindakan otot.
Antara organ-organ yang terlibat dalam kawalatur homeostasis ialah:
• Hati
• Ginjal
• Kulit

Jumat, 22 April 2011

Pembuluh nadi

Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang membawa darah dari jantung. Fungsi ini bertolak belakang dengan fungsi pembuluh balik yang membawa darah menuju jantung.
Sistem sirkulasi sangat penting dalam mempertahankan hidup. Fungsi utamanya adalah menghantarkan oksigen dan nutrisi ke semua sel, serta mengangkut zat buangan seperi karbon dioksida. Pada negara berkembang, dua kejadian kematian utama disebabkan oleh infark miokardium dan stroke pada sistem pembuluh nadi, misalnya arterosklerosis.

Penggambaran
Sistem pembuluh nadi memiliki bagian tekanan yang tinggi pada sistem sirkulasi. Tekanan darah biasanya menunjukkan tekanan pada pembuluh nadi utama. Tekanan pada saat jantung mengembang dan darah masuk ke jantung disebut diastol. Tekanan sistol berarti tekanan darah saat jantung berkontraksi dan daeah keluar jantung. Tekanan darah ini dapat dikur dengan tensimeter atau sfigmomanometer.

Anatomi dinding pembuluh nadi.
Lapisan terluar disebut tunika adventitia yang tersusun dari jaringan penyambung. Di lapisan selanjutnya terdapat tunika media yang tersusun atas otot polos dan jaringan elastis. Lapisan terdalam adalah tunika intima yang tersusun atas sel endothelial. Darah mengalir di dalam pada lumen.
Jenis pembuluh nadi
Terdapat beberapa jenis pembuluh nadi pada tubuh:
Arteri pulmonaris
Pembuluh ini membawa darah yang telah dideoksigenasi yang baru saja dialirkan dari paru-paru.
Arteri sistemik
Arteri sistemik membawa darah menuju arteriol dan kemudian ke pembuluh kapiler, di mana zat nutrisi dan gas ditukarkan.
Aorta
Aorta adalah pembuluh nadi terbesar dalam tubuh yang keluar dari ventrikel jantung dan membawa banyak oksigen.
Arteriol
Arteriol adalah pembuluh nadi terkecil yang berhubungan dengan pembuluh kapiler.
Pembuluh kapiler
Pembuluh ini bukan pembuluh nadi sesungguhnya. Di sinilah terjadinya pertukaran zat yang menjadi fungsi utama sistem sirkulasi. Pembuluh kapiler adalah pembuluh yang menghubungkan cabang-cabang pembuluh nadi dan cabang-cabang pembuluh balik yang terkecil dengan sel-sel tubuh. Pembuluh nadi dan pembuluh balik itu bercabang-cabang, dan ukuran cabang-cabang pembuluh itu semakin jauh dari jantung semakin kecil. Pembuluh kapiler sangat halus dan berdinding tipis.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites