Jumat, 17 Juni 2011

SUSU SAPI


Sanitasi Susu Sapi
Sebagai sumber bahan makanan, susu termasuk dalam empat sehat lima sempuma yang terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Manfaat susu sebagai bahan makanan manusia adalah bahwa proporsi zat – zat gizinya berada dalam perbandingan yang optimal sehingga mudah dicema dan tidak bersisa, selain susu juga dapat diminum langsung tanpa dimasak dan harganya relatif murah.

Kerugiannya adalah bahwa kadar vitamin C-nya rendah. Selain itu, susu juga dapat menyebabkan suatu penyakit yang biasa disebut sebagai milkhorne disease (penyakit bawaan susu) karena perannya sebagai media penularan.

Susu sapi merupakan bahan makanan yang baik untuk manusia dan juga untuk bakteri. Bakteri yang mengontaminasi susu dalam waktu singkat akan berkembang biak mencapai jumlah yang banyak sehingga jumlah kasus infeksi dengan perantara susu (sapi) ini cukup tinggi, selain manusia juga memiliki daya resisten yang rendah.

Dengan demikian, upaya sanitasi terhadap susu sapi merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang sangat penting. Susu yang keluar dari kelenjar susu sapi sebenamya sangat sedikit mengandung bakteri. Bakteri patogen yang biasa ditemukan dalam susu adalah golongan Mycobacterium tuherculose type bovine.
Keberdaan bakteri lain dalam susu karena terjadinya kontaminasi susu dengan peralatan atau manusia yang mengidap penyakit.

Prinsip – Prinsip Sanitasi
Prinsip utama sanitasi susu sapi adalah mencegah terjadinya infeksi melalui susu sapi. Selain untuk mencegah infeksi, upaya sanitasi juga ditujukan untuk menjamin kebersihan susu sapi itu sendiri agar susu yang ada bersih dan bebas dari infeksi. Jumlah bakteri yang terdapat dalam susu sapi bergantung pada kesehatan dan kebersihan sapi perah, kebersihan personel atau pengelolanya, kebersihan sarana dan peralatan yang digunakan.

Kesemuanya itu pada dasarnya ditujukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada susu. Rasa dan bau susu sapi dapat dipengaruhi oleh bakteri. Namun, bau juga dapat muncul jika susu sapi didiamkan terlalu lama dalam kandang. Kegiatan dalam pengolahan susu sapi, antara lain :

1. Cara pengumpulan susu di kandang
2. Cara pengolahan atau sistem pengolahan susu sapi
3. Penjualan atau distribusi ke konsumen.

Terdapat beberapa faktor penting dalam upaya sanitasi terhadap susu sapi, di antaranya :

1. Sapi perahan harus sehat.
2. Pegawai harus bersih dan sehat.
3. Lingkungan perusahaan bersih.
4. Buangan susu sapi harus terpisah.
5. Alat – alat yang digunakan harus bersih.
6. Alat pendingin susu yang baik.

Pasteurisasi Susu Sapi
Pasteurisasi susu sapi adalah suatu upaya sanitasi yang dilakukan dengan cara memanaskan susu pada suhu tertentu dalam jangka waktu tertentu. Proses ini ditujukan untuk membunuh kuman yang mungkin terdapat dalam susu tanpa mengubah kualaitas susu tersebut.

Terdapat 3 metode yang dapat digunakan untuk teknik Pasteurisasi, antara lain :

1. Pasteurisasi suhu tinggi dan waktu pendek (71,7° C dalam 16 detik).
2. Pasteurisasi suhu rendah dan waktu panjang (62,8° C dalam 30 menit).
3. Pasteurisasi ultra high temperature atau ultra temperature pasteurization (92° C dalam 0,75 detik).

Penyakit Bawaan Susu Sapi
Penyakit bawaan atau yang dapat ditularkan melalui susu sapi (milkborne disease) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman patogen yang berasal dari penyakit sapi sendiri maupun dari manusia yang ditularkan melalui susu sapi. Berikut beberapa contoh penyakit yang agensnya berasal dari sapi.

1. TBC (Mycobacterium tuberculose type bovine)
2. Mastitis atau radang kelenjar susu sapi (Staphilococcus agalacticeae)
3. Undulant fever atau abortus contangiosum (Brucella abortus)
4. Food band mouth disease (virus)
5. Cowpox (virus)
6. Antraks (Bacillus anthracis)

Adapun penyakit bawaan susu yang agens penyakitnya berasal dari manusia (baik sebagai penderita maupun carrier), antara lain :

1. Demam tifoid (Salmonella typhosa)
2. Demam enterik (S. parathypii, S. enteritis, S. thypimorium, dan S. schottmuleri)

Pustaka
Pengantar kesehatan Lingkungan, Oleh Dr. Budiman Chandra, EGC.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites