Rabu, 15 Juni 2011

MASA BAYI MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN SESEORANG


Bertitik tolak dari pentingnya masa anak – anak sebagai masa bertumbuh kembangnya segenap aspek dan fungsi yang ada dalam diri seseorang, diantaranya perkembangan anak sejak masa pralahir, masa bayi dan masa pra sekolah serta masa anak sekolah (S.D). Perkembangan mana meliputi perkembangan dalam aspek motorik, mental, emosi dan sosial.

Berikut adalah perkembangan masa bayi yang mempengaruhi perkembangan seseorang. Masa ini banyak disebut – sebut sebagai berlangsung dari saat bayi lahir sampai berumur 2 tahun. Untuk masa ini adalah lebih penting mengetahui bagaimana proses bayi itu lahir dari pada kapan atau jam berapa bayi itu lahir karena dengan mengetahui proses kelahiran tersebut dapat diketahui sedikit banyak tentang status perkembangan anak ini untuk dapat menentukan tindak lanjut.

Misalnya
a. Apakah bayi lahir dengan bantuan alat – alat (seperti forceps, vacum dan lain – lain),
b. Apakah bayi langsung menangis, adakah gejala – gejala tertentu seperti bayi berwarna kuning, gerakan anggota badan bayi tertentu dan seterusnya.

Proses kelahiran merupakan pengalaman pertama seseorang dihadapkan pada masalah penyesuaian diri, yang meliputi penyesuaian diri terhadap suhu atau penguapan, terhadap pernafasan, terhadap makanan, sirkulasi darah dan terhadap pencernaan dan proses pengosongan (buang air kecil dan besar).

Sekalipun bayi – bayi baru lahir ini nampak lemah dan seakan – akan pasif saja karena sebagian besar dari waktu dihabiskan untuk tidur, beberapa penelitian membuktikan bahwa bayi – bayi mungil ini sebenarnya sudah memiliki sejumlah kesanggupan untuk belajar melakukan pilihan atau kesanggupan membeda – bedakan.

Di samping itu beberapa ciri di bawah ini merupakan manifestasi dari adanya proses perkembangan pada bayi :

1. Adanya perkembangan fisik nampak dari makin bertambahnya ukuran panjang dan berat badan bayi.

2. Perkembangan motorik nampak dari adanya respon bayi terhadap rangsang berupa gerakan seluruh tubuh dan refleks – refleks. Refleks ini perlu ada antara lain digunakan untuk perlindungan, (misalnya refleks Moro, gabinski), untuk mencari sumber makanan, (misalnya refleks menghisap dan memutar) dan untuk mulai mengamati dunia, (misalnya adanya “orienting reflex”).

Ketrampilan motorik terjadi secara bertahap mulai dari mengangkat kepala, dada, telungkup, merangkak, duduk, berdiri, berjalan dan seterusnya (pada bayi biasanya dijumpai variasi di mana tidak semua bayi mengikuti urutan tersebut secara tepat sama).

3. Perkembangan berpikir (kognitif) pada bayi ditandai oleh persyaratan rasa ingin tahu. Dari sudut teori kognitif dari
J.Piaget dikatakan bahwa bayi berada pada tahap sensori – motor. Melalui panca indera dan organ – organ tubuh lainnya ia berusaha “mengerti” dunia luar. (Mula – mula bayi menjelajahi lingkungan dengan mata, kemudian dengan mulut, gigi, tangan dan
jari).

Tidak jarang terlihat bayi memasukkan jari – jari tangan dan benda lain ke dalam mulut, menggigit, menghisap dan melepaskannya kembali. Dengan kemampuan menjangkau dan menggapai benda yang menjadi obyek rasa ingin tahunya ia mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru (dengan cara memainkan, menggenggam, menjatuhkan, melempar dan sebagainya).

Melalui bermain dengan alat permainan bayi melatih koordinasi visual motorik dan kecakapan berpikir. Nampak bayi senang memasukkan benda – benda kecil ke dalam lubang – lubang, mengorek – ngoreknya dan mengeluarkannya. Ia senang menarik – narik mainan yang tergantung – gantung atau yang mengeluarkan bunyi – bunyi tertentu.

Ia berusaha mengikuti ke mana “hilangnya” suatu benda yang tidak lagi dapat dilihatnya. Demikianlah perbuatan itu dilakukan berulang – ulang tanpa bayi bosan. Dan melalui pengalaman sensori – motor inilah bayi belajar berpikir.

4. Pada masa ini pula terjadi permulaan dari perkembangan bicara (bicara sebagai aspek penting bagi komunikasi dan alat berpikir). Masa bayi dikatakan juga sebagai fase pra – bicara di mana ada 4 tahap yang akan dilalui, yakni :

a. pra mengoceh (berupa tangisan dan bunyi bahasa tertentu)
b. mengoceh (sekitar 6 – 12 bulan)
c. kalimat satu kata (12 – 15 bulan)
d. kalimat dua kata (terjadi bila anak telah memiliki perbendaharaan kata sebanyak ± 50 kata).

5. Perkembangan emosi dan sosial : mula – mula emosi tenang atau senang dan terangsang (excited) timbul sehubungan dengan rangsangan fisik (misalnya bayi kenyang dan merasa nyaman nampak tubuh mengendor, tidur nyenyak, berceloteh, dan tertawa).

Pada kira – kira bulan ke 3 emosi senang dan tidak senang muncul karena rangsang psikis (misalnya bayi tersenyum kalau melihat wajah manusia). Pada bulan – bulan selanjutnya variasi emosi muncul (misalnya emosi takut, marah, kecewa, benci dan sebagainya).

Dengan memperlihatkan suatu respons emosional tertentu, bayi memperoleh reaksi balasan dan orang lain, dan hadirnya orang lain ini merupakan faktor yang sangat penting. Masa bayi dipandang sebagai fase di mana bayi pertama kali menjalin keterikatan dirinya dengan orang lain.

Bila kebutuhan keterikatan ini terpenuhi, akan terpupuk rasa aman dan rasa percaya. Kedua hal ini merupakan dasar penting bagi perkembangan emosi dan sosial seseorang.

Setelah umur 18 bulan, di mana ia telah berhasil menguasai bermacam kemampuan motorik dan mental, mulailah bayi menginjak tahap di mana ada kebutuhan untuk rasa otonomi, kebanggaan akan prestasi – prestasinya dan ingin melakukan sesuatu sendiri.

Pengalaman penting di masa ini adalah hubungan kerjasama dengan orang lebih dewasa, terutama orangtuanya. Bila orangtua tidak memahami kebutuhan ini, misalnya mereka kurang sabar atau terlalu membantu anak, timbullah ketegangan dan perasaan gagal pada diri anak, hal mana kemudian akan memupuk timbulnya rasa ragu dan malu (menurut teori perkembangan psikososial dari Erikson : pada saat ini terjadi masa krisis antara otonomi lawan ragu – ragu atau malu

Pustaka
Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Oleh Prof. DR. Singgih D Gunarsa dan Dra Yulia Singgih D Gunarsa, BPK.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites